Showing posts with label Pengukuran Mesin. Show all posts

Panduan Mengukur Diameter Blok Silinder + Gambar Ilustrasi

Pengukuran diameter blok silinder diperlukan untuk mencari tahu apakah blok silinder mengalami keausan atau tidak. Hal ini karena selisih 0,1 mm saja bisa membuat performa mesin menurun.

Oleh sebab itu, untuk menentukan berapa diameter blok silinderkita tidak bisa menggunakan penggaris biasa. Melainkan harus ada alat ukur dengan ketelitian mencapai 0,01 mm.

Lalu bagaimana cara mengukur diameter blok silinder ? apakah sama seperti mengukur diameter komponen lain menggunakan mikrometer atau bahkan vernier caliper ? mari kita bahas bersama-sama.


Cara Mengukur Diameter Silinder


Untuk mengukur diameter silinder, sebenarnya kita bisa menggunakan alat apapun seperti mikrometer ataupun jangka sorong. Tapi mengukur diameter silinder itu tidak hanya dilakukan pada satu titik, setidaknya ada 6 titik pengukuran dalam satu silinder. Kalau kita gunakan jangka sorong maka maksimal kita hanya bisa mengukur diameter silinder bagian atas.

Selain itu, ketelitian juga menjadi alasan mengapa untuk mengukur diameter silinder itu diperlukan alat khusus. Alat ini dikenal dengan “cylinder bore gauge”, yakni alat ukur khusus mengukur diameter dalam menggunakan dial gauge sebagai penunjuk.

Memangnya bisa dial gauge untuk mengukur diameter ?

Itulah sebabnya anda membaca artikel ini, ini karena ada teknik khusus dalam melakukan pengukuran diameter silinder menggunakan cylinder bore gauge.

1. Pertama cari tahu diameter standar blok silinder

Langkah awal, anda perlu mencari tahu berapa diameter standar dari blok mesin yang akan diukur. Ini dibutuhkan untuk proses kalibrasi cylinder bore gauge, anda bisa mencarinya pada service literature mobil yang bersangkutan atau anda bisa mengukur salah satu blok silinder menggunakan jangka sorong.

2. Kalibrasi cylinder bore gauge



Misal diameter standar adalah 62,8 mm maka pilih replacement rod dengan panjang 60 mm dan replacement washer dengan tebal 3 mm. sehingga panjang replacement rod + washer adalah 63 mm. kita pilih yang lebih besar dari diameter standa karena keausan silinder pasti memiliki diameter yang lebih besar.

Setelah anda merangkai replacement rod, replacement wahser dan dial gauge kedalam batang cylinder bore gauge lalu lakukan kalibrasi dial gauge, caranya seperti berikut ;


  • Ambil outside micrometer lalu set mikrometer dengan hasil pengukuran 62,8 mm.
  • Masukan cylinder bore gauge kedalam mikrometer, maka jarum akan bergerak.
  • Putar skala dial gauge agar angka 0 bertepatan dengan jarum.


3. Lakukan pengukuran

Setelah kita kalibrasi bore gauge, kita bisa langsung menggunakannya untuk mengukur diameter silinder. Caranya kurang lebih seperti ini ;

  • Masukan cylinder bore gauge ke titik pengukuran pertama maka jarum dial gauge akan bergerak. Goyangkan bore gauge seperti yang ditunjukan pada gambar, lalu perhatikan titik terjauh jarum dial gauge bergerak.
  • Misal titik terjauh dial indicator adalah 0,1 mm setelah 0 maka diameter silinder adalah 62,8 – 0,1 mm = 62,7 mm.
  • Misal titik terjauh dial indikator adalah 0,1 mm sebelum 0 (tidak mencapai 0) maka diameter silinder 62,8 + 0,1 = 62,9 mm.


Langkah berikutnya anda tinggal mengukur kelima titik sisa dalam satu silinder. Baru anda bisa menentukan keovalan dan ketirusan blok silinder.

Namun, teknik pengukuran diatas memiliki kelemahan. Diameter yang tertera di service literature sering tidak pas (ada selisih sekitar 0,1 hingga 0,2 mm) sehingga mungkin anda akan menemukan hasil diameter silinder yang lebih kecil dari diameter piston.

Oleh sebab itu, ada cara lain yang lebih cepat dan mudah untuk mengukur diameter silinder. Pada cara ini, kita tetap menggunakan diameter standar sebagai patokan namun kita tidak mengkalibrasi dial gauge menggunakan mikrometer melainkan menggunakan diameter silinder terbawah.

Diameter terbawah silinder tidak pernah bergesekan dengan ring piston, sehingga bisa kita asumsikan besarnya masih sama dengan diameter standar.

  • Masukan cylinder bore gauge ke posisi silinder paling bawah.
  • Gerakan cylinder bore gauge ke kanan dan kekiri sampai menemukan gerakan jarum yang paling jauh.
  • Saat anda menemukan gerakan jarum terjauh, tahan lalu putar skala dial gauge agar angka 0 lurus dengan jarum.
  • Setelah itu, anda bisa mengukur diameter pada sisi tengah dan sisi atas seperti cara yang dituliskan diatas.


Cara ini dinilai lebih efektif untuk mengukur diameter silinder secara akurat, namun anda perlu melakukan kalibrasi dial gauge tiap kali berpindah silinder. Artinya kalau sebuah mesin memiliki 4 silinder maka anda perlu melakukan 4 kali kalibrasi dial gauge sesuai silinder masing-masing.

Itu saja artikel singkat tentang cara mengukur diameter blok silinder. Semoga bisa menambah wawasan kita semua.

Prosedur Penyetelan Celah Katup Mesin + Gambar Ilustrasi

Salah satu pekerjaan yang wajib dilakukan saat melakukan tune up adalah melakukan penyetelan celah katup. Lalu apa sebenarnya tujuan dari aktifitas ini ? apa efeknya terhadap mesin ? dan bagaimana cara melakukannya ? mari cari tahu jawabannya di artikel ini.

Pengertian Penyetelan Celah Katup

img by superchevy.com

Penyetelan celah katup adalah aktifitas melakukan resetting terhadap celah katup, yakni celah antara poros nok sebagai penekan dan katup sebagai komponen yang ditekan pada mekanisme katup. Celah katup ini diperlukan bagi mesin karena beberapa kondisi seperti ;

1.Untuk memberikan toleransi terhadap pemuaian logam pembentuk komponen mekanisme katup

Sifat logam pasti akan memuai apabila terkena panas, sementara pada mesin itu gudangnya panas karena mesin melakukan pembakaran yang menimbulkan panas. Apabila tidak ada celah katup, maka pemuaian ini akan menyebabkan beberapa masalah mesin seperti bocor kompresi.

2. Membuat katup dapat tertutup dengan sempurna saat RPM tinggi

Kalau RPM mesin tinggi otomatis gerakan poros nok dan rocker arm akan semakin tinggi, namun tidak dengan gaya balik pegas katup. Gaya balik pegas katup pergerakannya sama saja meski RPM mesin rendah atau tinggi karena ini tidak dipengaruhi oleh putaran mesin melainkan hanya dipengaruhi gaya balik pegas katup.

Kalau tidak ada celah katup, bisa saja terjadi katup belum kembali sempurna ke posisi menutup namun poros nok sudah menekan katup kembali. Sehingga, ada kebocoran kompresi. Namun kalau ada celah katup, maka pergerakan katup akan lebih pendek sehingga memungkinkan untuk balik dengan sempurna meski RPM mesin tinggi.

3. Memperkecil gaya gesek

Poros nok itu berputar sementara rocker arm dan katup itu diam. Kalau dua komponen ini posisinya menempel (tanpa celah) maka akan timbul gesekan yang menghambar output mesin, tapi kalau ada celah (posisinya mengambang) maka poros nok hanya akan bergesekan kalau tonjolan menyentuh katup. Sehingga akan lebih efisien.

Apa Tujuan Penyetelan Celah Katup ?

Kembali ke topik awal, kita tahu kalau didalam mekanisme katup itu terjadi banyak sekali gesekan komponen apalagi posisi katup langsung terhubung dengan ruang bakar sehingga dampak konduksi panasnya sangat tinggi. Ini akan memungkinkan bagian mekanisme katup mengalami deformasi dalam interval pemakaian tertentu, sehingga perlu dilakukan standarisasi dengan jalan penyetelan ulang.

Tujuan penyetelan celah katup antara lain ;

  1. Mencegah terjadinya kebocoran kompresi akibat celah katup yang terlalu rapat
  2. Mencegah mesin bergetar akibat celah terlalu rapat
  3. Mencegah suara mesin yang berisik karena ketukan katup yang terlalu besar
  4. Menjaga performa mesin agar tetap prima


Inti dari aktifitas penyetelan katup adalah mengembalikan performa mesin agar prima, ini karena besar kecil celah katup akan mempengaruhi timming pembukaan katup, akan mempengaruhi juga masa udara yang masuk kedalam katup dan akan mempengaruhi tingkat penggunaan tenaga mesin.

Lalu bagaimana prosedur melakukan penyetelan katup ? ikuti panduan dibawah.

Prosedur Penyetelan Celah Katup


Alat yang diperlukan untuk menyetel celah katup adalah

  • Obeng
  • kunci pas
  • Feeler gauge


namun untuk membuka cover head cylinder perlu kunci lagi dan perlu tambahan kunci ring 22 atau lebih besar untuk memutar pulley mesin.

1. Buka cover head cylinder mesin

2. Posisikan poros engkol pada posisi TOP silinder 1

Saat posisi TOP 1, maka katup yang terbebas (tidak tertekan poros nok) adalah katup intake pada silinder 1 dan 2 sementara katup exhaust ada pada silinder 1 dan 3. Detailnya bisa lihat gambar,

Seperti terlihat pada gambar, lakukan penyetelan pada katup-katup yang terbebas atau tidak tertekan dengan celah katup.

Bagaimana caranya ? anda bisa melihat ilustrasi dibawah ini.


3. Masukan feeler gauge ke celah katup yang terbebas

Pada gambar diatas, contoh ilustrasi pada katup dengan mekanisme OHV anda perlu memposisikan feeler gauge dengan ketebalan 0,2 mm pada intake valve dan 0,3 mm untuk exhaust valve.

Mengapa exhaust valve lebih longgar ?

Ini dikarenakan exhaust valve berhubungan dengan exhaust manifold yang memiliki suhu lebih tinggi. Ini artinya laju pemuaian pada exhaust valve itu lebih cepat, sehingga celah katup dibuat lebih longgar untuk memberi toleransi terhadap pemuaian yang terjadi.

4. Posisikan kunci ring dan obeng

Lalu posisikan kunci ring (biasanya ring 10 – 12) ke bagian adjuster nut, dan letakan pula obeng (biasanya obeng +) ke adjuster screw.

Pertama, kendorkan adjuster nut dengan memutar kunci ring berlawanan jarum jam cukup seperempat putaran saja. Setelah kendor, anda bisa memutar obeng. Putar searah jarum jam untuk merapatkan celah, dan putar berlawanan jarum jam untuk memperlebar celah.

Stel celah katup hingga feeler gauge terasa seret namun masih bisa digerakan. Kalau anda rasa sudah pas, tahan obeng sambil memutar kunci ring searah jarum jam untuk mengencangkan adjuster nut. Pastikan saat anda mengencangkan nut, obeng tidak ikut berputar karena dapat mengubah celah katup.

Bagaimana dengan katup OHC ?

Secara umum, sama saja prosedurnya namun pada katup OHV mungkin lokasi adjuster nut ada dibagian depan rocker arm. Sehingga anda tinggal menyesuaikannya saja.

5. Putar pulley 360 derajat (satu putaran)

Ini dilakukan untuk menyetel kelompok katup yang tidak terbebas saat posisi TOP 1, apabila pulley diputar satu putaran maka akan berada pada posisi TOP 4, sehingga kelompok yang awalnya tidak terbebas (tertekan poros nok) akan terbebas dan bisa distel.


Caranya juga sama persis seperti penyetelan pada posisi TOP 1.

Apa akibatnya kalau katup terlalu sempit ?

Tentu langkah katup akan semakin panjang, sehingga bisa berpotensi terjadi kebocoran kompresi di RPM tinggi. Dan ini juga bisa menyebabkan mesin bergetar.

Apa akibatnya kalau celah katup terlalu longgar ?

Yang jelas akan muncul suara ketukan logam yang berisik, suara ini dihasilkan karena rocker arm mengetuk bagian katup dengan jarak yang lumayan jauh. Sehingga suaranya terdengar sangat jelas.

Bisa disimpulkan kalau penyetelan celah katup adalah hal penting yang harus dilakukan. Namun, ini berlaku pada mesin-mesin konvensional dan tidak untuk mesin modern. Alasannya, mesin yang diproduksi sekarang umumnya menerapkan sistem HLA (hydraulic lash adjuster) yakni sistem otomatis untuk mengatur celah katup menggunakan tekanan oli mesin sehingga kita tidak perlu repot-repot melakukan penyetelan manual.

Itu saja artikel singkat tentang penyetelan celah katup, semoga bisa menambah wawasan kita semua.

Rasio Kompresi Mesin - Apa Artinya ? Bagaimana Cara Menghitung ?

Saat kita membaca technical specification pada mesin suatu kendaraan, biasanya kita dihadapkan pada data-data mesin seperti bore x stroke, displacement, dan Compression ratio.

Kalau bore x stroke adalah besar diameter silinder dikalikan diameter langkah piston, yang ditulis dalam satuan milimeter.

Sementara displacement adalah kubikasi atau kapasitas mesin yang biasannya ditulis dalam satuan cc.

Namun, untuk compression ratio, biasanya hanya dituliskan dalam sebuah perbandingan tanpa satuan. Apa artinya ?

Pengertian Rasio Kompresi


Rasio kompresi adalah perbandingan (ratio) antara volume total ruang silinder dengan volume ruang bakar.

Volume total, adalah besar volume mesin (displacement) saat piston berada di TMB ditambah dengan volume ruang bakar.

Sementara volume ruang bakar, adalah ruang yang tersisa didalam silinder mesin ketika piston tepat berada di TMA (titik mati atas).

Fungsi data rasio kompresi, adalah untuk menunjukan kesesuaian terhadap bahan bakar yang digunakan. Kalau perbandingan kompresi besar, maka mesin tersebut harus menggunakan bahan bakar beroktane tinggi.

Arti Data Rasio Kompresi


Perbandingan kompresi, dituliskan dengan format "Comp. Ratio : 10 : 1", atau dengan nilai berapapun yang terpenting angka dibelakang tetaplah bernilai 1.

Angka pertama (10), itu menandakan bahwa volume total ruang mesin 10 kali lebih besar dari volume ruang bakar. Semakin tinggi angka ini, maka volume total mesin juga semakin besar.

Hubungan Rasio Kompresi dengan Tekanan Kompresi Mesin

Rasio kompresi sangat erat hubungannya dengan tekanan kompresi. Tekanan kompresi, adalah nilai (biasanya dalam satuan bar) yang menunjukan tekanan udara didalam ruang bakar saat piston berada di TMA.

Pada kasus diatas, misal rasio kompresi mesin adalah 10 : 1.

Maka volume udara yang ada pada ruang bakar itu sama dengan volume udara ruang silinder total (Volume silinder + Volume ruang bakar) saat piston berada di TMB.

Dengan perbandingan volume total 10 kali lebih besar dari volume ruang bakar, maka saat piston bergerak dari TMB ke TMA, akan menekan udara menjadi 10 kali lebih kecil.

Akibatnya, tekanan udara pada ruang bakar naik 10 kali lipat dari tekanan udara sata piston masih di TMB. Kalau rasio kompresinya 11 : 1, maka tekanan udara pada ruang bakar naik 11 kali lipat dari tekanan udara saat piston masih di TMB.

Sehingga bisa disimpulkan, semakin tinggi rasio kompresi semakin tinggi pula tekanan kompresi yang dihasilkan.

Hubungan Rasio Kompresi dengan bahan bakar

Seperti yang kita ketahui, bahwa bensin memiliki nilai oktane. Nilai oktane adalah nilai kekuatan bensin terhadap tekanan sebelum terbakar dengan sendirinya.

Semakin besar nilai oktane pada bensin, maka semakin tinggi pula tekanan udara yang mampu ditahan.

octane chart by grumpysperformance.com

Hubungannya dengan rasio kompresi mesin, adalah untuk mesin yang memiliki rasio kompresi tinggi maka harus menggunakan bensin dengan oktane lebih besar.

Karena kalau tidak, bensin akan terbakar sebelum busi menyala. Sehingga terjadilah pre ignition yang berpotensi membuat mesin ngelitik atau knocking.

Terkadang, kita bingung ketika akan mengisi bensin untuk motor baru kita. Apa pakai Pertalite atau Pertamax.

Rasio kompresi mesin, bisa anda jadikan acuan untuk menentukan bahan bakar apa yang cocok untuk motor anda. Secara umum, rasio kompresi diatas 10 : 1 menggunakan bensin oktane 90 atau lebih.

Kalau rasio kompresi mesin dibawah 10 : 1, anda masih bisa menggunakan bensin oktane lebih rendah dari 90.

Cara Mengetahui Rasio Kompresi


Tak semua data teknis mesin disertakan pada info spesifikasi kendaraan. Biasanya, data pada mesin hanya menyertakan kapasitas mesin, bore x stroke, max. power, dan max. torque.

Untuk mengetahui berapa rasio kompresi mesin, maka kita perlu melakukan semacam pengukuran.

Untuk mengukurnya, pertama kita harus mencari tiga data dari mesin. yakni

  1. Diameter silinder
  2. Stroke/panjang langkah
  3. Volume ruang bakar


Untuk mengetahui diameter dan panjang stroke, anda bisa melihat langsung di spesifikasi teknis kendaraan anda. Misal bore = 56 mm, stroke = 58 mm.

Sementara untuk ruang bakar, perlu bantuan oli dan gelas ukur. Caranya,

  • pertama masukan oli kedalam gelas ukur sekitar 20 cc.
  • Lalu, posisikan piston pada TMA (titik mati atas).
  • Masukan oli yang ada pada gelas ukur ke dalam mesin melalui lubang busi.
  • Masukan hingga oli memenuhi ruang bakar (tidak sampai meluber ke lubang busi).
  • Setelah terisi penuh, lihat volume gelas ukur.
  • Lalu gunakan volume ini untuk mengurangi volume awal.


Contohnya, misal setelah oli dituangkan maka oli yang ada di gelas ukur hanya menunjukan volume 8 cc. Maka 20 - 8 = 12 cc. Volume ruang bakar adalah 12 cc.

Rumus rasio kompresi :
(Volume ruang bakar + Volume ruang silinder)/Volume ruang bakar

Volume ruang silinder = 3,14 x D x D x S / 4
3,14 x 56 x 56 x 58 / 4 = 142782 = 142,78cc

Rasio kompresi = (12 + 142,78)/12 = 12,89

Artinya, rasio kompresi mesin adalah 12,89 : 1

Demikian artikel mengenai rasio kompresi mesin, semoga bisa menambah wawasan kita semua.

Pengukuran dan Pemeriksaan Poros Engkol Pada Mesin

Poros engkol (crankshaft) memiliki beberapa jenis pemeriksaan, seperti pemeriksaan run out, keovalan, dan oil clearence. Tujuan langkah pemeriksaan ini, adalah untuk mengetahui apakah poros engkol masih layak digunakan atau harus diganti.

Lalu bagaimana langkah-langkahnya ? mari kita bahas secara rinci

Pemeriksaan Kelayakan Poros Engkol


Untuk memeriksa kondisi poros engkol, terlebih dahulu kita harus melakukan pengukuran poros engkol.

Pengukuran ini akan bertujuan untuk mengetahui data dari poros engkol seperti diameter crank pin dan crank journal. Nantinya hasil pengukuran akan disimpulkan untuk memeriksa apakah poros engkol masih layak atau tidak.

Sebelumnya, ada alat yang perlu dipersiapkan antara lain ;
  • V Block 
  • Meja Perata 
  • Outside Micrometer 
  • Cylinder Bore Gauge 
  • Dial Gauge 

1. Pengukuran run out crankshaft

Run out atau kebengkokan poros engkol akan menunjukan kesejajaran poros saat berputar, hal ini cukup penting karena poros yang bengkok akan mempengaruhi volume dan tekanan kompresi yang dihasilkan piston. Untuk melakukan pengukuran ini, pastikan poros engkol sudah dalam keadaan bersih tanpa kotoran dan lapisan oli.

mengukur oil clearence main journal

  • Tempatkan kedua ujung crank journal pada dua buah V block, ini bertujuan untuk meahan poros agar bisa berputar. 
  • Siapkan meja perata sebagai tempat melakukan pengukuran, meja ini akan menjaga kesejajaran antara v blok dan dial gauge kemudian tempatkan dua buah v blok diatas meja ini. 
  • Tempatkan dial gauge pada journal bagian paling tengah. 
  • Set jarum dial pada angka 0 dan pastikan saat jarum dial masuk atau keluar akan menggerakan penunjuk dial. 
  • Putar secara crankshaft secara berlahan hingga 360 derajat atau satu putaran. Sambil memutar, perhatikan penunjuk dial untuk mencari pergerakan terjauh dari penunjuk ini. 
  • Kemungkinan penunjuk akan bergerak pada dua sisi, yakni sebelum 0 dan sesudah 0. Misal jarum bergerak 0,07 mm setelah 0 dan jarum juga bergerak 0,03 sebelum 0. Maka kebengkokan poros engkol adalah 0,07 + 0,03 = 0,10 mm. 

2. Pengukuran crank pin poros engkol

Crankpin adalah poros pada crankshaft yang terhubung dengan connecting rod. Pengukuran ini bertujuan untuk mengetahui beberapa hal seperti keovalan dan ketirusan crank pin.

pemeriksaan camshaft
  • Siapkan outside micrometer dengan skala pengukuran sesuai dengan diameter crank pin. 
  • Set outside micrometer hingga pembacaannya tepat. 
  • Masih tempatkan crankshaft pada v blok diatas meja perata. 
  • Ukur pin ini pada 4 posisi, yakni posisi A1, A2, B1, dan B2. Posisi A dan B merupakan garis yang saling berpotongan pada crank pin, sementara posisi 1 dan 2 merupakan posisi sisi kanan dan sisi kiri crank pin. 
  • Catat hasil pengukuran tersebut pada sebuah note, kemudian ukur ketiga crank pin lainnya.
Gambar Pengukuran Poros Engkol

Data yang didapat pada pengukuran diatas, bisa kita gunakan untuk menentukan keovalan dan ketirusan crank pin.

  • Untuk mengetahui ketirusan crank pin, anda harus mencari selisih antara A1 dan A2 serta B1 dan B2 (ketirusan sudut A = A1-A2, ketirusan sudut B = B1 - B2)
  • Untuk mengetahui keovalan crank pin, anda harus mencari selisih antara A1 dan B1 serta A2 dan B2 (keovalan posisi 1 = A1-A2, keovalan posisi 2 = A2-B2)

3. Pengukuran crank journal

Crank journal merupakan poros yang menjadi tumpuan crankshaft terhadap blok silinder. journal ini, ada sekitar 5 buah untuk mesin 4 silinder. teknik pengukurannya juga sama dimana tiap journal terdapat 4 posisi pengukuran (A1, A2, B1, B2).

Hasil pengukuran crank journal ini akan kita gunakan untuk mencari keovalan dan ketirusan crank journal (caranya sama seperti nomor 2) serta untuk mengetahui oil clearence crank journal (caranya ada dibawah).

4. Pengukuran journal oil clearence

Pengukuran ini akan menentukan celah antara bearing crankshaft dengan crank journal pada blok silinder. pengukuran ini juga biasa disebut sebagai pengukuaran celah oli, caranya anda bisa memakai cylinder bore gauge untuk mengukur inner diameter penahan crankshaft pada blok silinder.


Sebelum anda mulai mengukur, anda harus memasang penahan crankshaft beserta bearing pada blok silinder (seperti pada gambar) lalu kencangkan sesuai moment.

Cara mengukurnya juga hampir sama seperti pengukurandiameter silinder memakai bore gauge, hanya saja pada pengukuran ini jarum alat ukur tida perlu ditambah dengan pemanjang. Lakukan pengukuran pada 4 titik (A1, A2, B1, B2), pastikan anda menggerakan bore gaguge sejajar dengan jarum alat ukur untuk mengetahui pergerakan maksimal dari jarum penunjuk dial gauge.

Catat hasil pengukurannya, kemudian cari selisih penguran ini dengan hasil pengukuran diameter crank journal. Bandingkan hasilnya dengan celah limit yang sudah ditentukan. Jika celah itu melebihi limit maka celah oli bisa dipastikan lebih longgar sehingga akan memicu terjadinya oblak ketika piston bergerak naik turun.

Namun, kelemahan dari cara ini yakni kurang akurat. Kalau SOP itu menggunakan alat khusus berupa plastic gauge.

Alat ini dipasangkan pada masing-masing crank journal, lalu pasang poros engkol ke blok silinder serta kencangkan sesuai moment. Plastic gauge akan menyesuaikan celah oli antara bearing dan crank journal, sehingga ketebalan plastic gauge dapat menunjukan journal oil clearence.

5. Pengukuran end play/thrust bearing

Pengukuran selanjutnya akan mengetahui keausan bantalan luncur atau thrust bearing yang berjumlah dua buah yang terletak pada journal tengah. Pengukuran ini akan mengetahui bagaimana pergerakan crankshaft dari gaya aksial, gaya ini mengarah kedepan mesin yang diakibatkan oleh hentakan dari sistem powertrain.


  • Untuk mengukurnya, pasang terlebih dahulu poros engkol ke dudukannya serta kencangkan sesuai moment. 
  • Letakan dial indicator pada bagian belakang mesin, dan arahkan jarum dial pada ujung poros engkol. 
  • Pastikan anda sudah setting jarum penunjuk dengan tepat. 
  • Gerakan poros engkol kearah depan dan belakang secara kuat hingga ada pergerakan sedikit dari crankshaft. 
  • Saat menggerakan crankshaft, perhatikan perpindahan jarum penunjuk pada dial indicator. Jumlahkan pergerakan jarum penunjuk sebelum 0 dan sesudah 0 untuk mengetahui end play maksimal dari crankshaft. 
  • Terakhir, seperti biasa anda perlu membandingkan hasil pengukuran ini dengan limit yang diperbolehkan. Jika celah ini melebihi limit maka anda harus mengganti bearingnya bukan poros engkolnya. 

Selain menggunakan bore gauge, anda memakai plasticgage. Cara ini terbilang mudah karena kita hanya perlu menuangkan plastic ini kecelah oli pada journal crankshaft dan mengencangkan baut penahan crankshaft sesuai momet. Tapi jika anda belum memiliki alat ini maka bisa dilakukan dengan cara diatas.

Pemeriksaan poros engkol sejatinya dilakukan pada mesin-mesin tertentu yang sudah masuk kategori masalah berat karena pekerjaan ini dilakukan saat mesin dalam kondisi terbongkar. Sementara proses overhoule mesin dilakukan apabila ada permasalahan serius yang dideteksi timbul akibat kerusakian komponen inti mesin.

Demikian artikel lengkap mengenai cara mengukur dan memeriksa poros engkol mesin, semoga bermanfaat dan menambah wawasan kita tentang otomotif.

Cara Mengukur Diameter Piston Menggunakan Micrometer

Mengukur diamter piston - Salah satu pekerjaan yang sering dilakukan oleh bengkel adalah turun mesin. Biasanya pekerjaan ini dilakukan karena mesin mengalami kerusakan serius seperti kurangnya tenaga, atau berasap putih. Dalam pekerjaan turun mesin, kita tidak hanya melakukan bongkar, bersihkan, lalu pasang kembali. Kita juga harus melakukan analisa agar mengetahui mana komponen yang perlu diganti.

Baca Juga :


Setidaknya ada tiga komponen yang diperiksa yaitu
  • Pengukuran blok silinder
  • Pengukuran piston
  • Pengukuran ring piston.

Kemarin kita telah membahas tata cara pengukuran diametersilinder dan pengukuran ring piston, untuk melengkapinya kali ini kita akan membahas cara mengukur diameter piston.

Tujuan dari pengukuran ini tidak lain adalah untuk menganalisa apakah piston masih bisa digunakan atau perlu diganti. Karena termasuk dalam barang teknik, maka kita harus melakukan technica measurement. Bagaimana caranya ? sebelumnya siapkan beberapa perlalatan sebagai berikut :

  • Vernier Caliper/jangka sorong
  • Satu set Outside micrometer
  • Micrometer holder(tracker)



Outside micrometer yang kita gunakan harus memiliki skala pengukuran sesuai dengan diameter piston. Micrometer ada yang memiliki skala 0-25 mm, 25-50 mm, ada juga 50-75 mm. Untuk mengetahui mana micrometer yang cocok, terlebih dahulu kita ukur diameter piston menggunakan jangka sorong.

Mengapa harus menggunakan micrometer ? dan tidak langsung menggunakan jangka sorong ?

Hal ini dikarenakan ketelitian kedua benda ini memiliki ketelitian yang berbeda. Micrometer memiliki ketelitian mencapai 0,01 mm. Sehingga untuk menghitung diameter benda teknik, outside micrometer sangat dianjurkan. Langkah pertama yaitu dengan melakukan penyetelan outside micrometer.

Cara menyetel Outside Micrometer





Sebelum kita melakukan pengukuran diameter silinder, terlebih dahulu kita set micrometer yang akan kita gunakan. Langkah-langkahnya sebagai berikut ;

1. Letakan outside micrometer pada trakcer atau holder untuk menahannya.
Lalu masukan alat bantu pentyetelan yang umumnya memiliki panjang 25 mm kedalam micrometer. Tempatkan diantara anfield dan spindle.
2. Putar rachet agar spindel bergerak menekan alat bantu penyetelan, hingga rachet berbunyi. Pastikan anda hanya memutar bagian rachet bukan bagian thimble. Karena akan membuat hasil pengukuran tidak akurat.
3. Setelah rachet berbunyi tandanya pengukuran sudah pas, kemudian putar lock untuk mengamankan pengukuran micrometer.
4. langkah terakhir yaitu dengan meluruskan skala pada sleeve dan thimble. Caranya dengan memutar sleev menggunakan alat seperti kunci yang disediakan di tiap satu set outside micrometer seperti gambar berikut.


5. Apabila kedua skala telah lurus, maka micrometer telah siap digunakan. Lepas alat batu penyetelan dengan memundurkan spindle. Ketika melepas pengukuran, anda boleh memutar bagian thimble. Karena ketika mengendorkan tidak merusak keakuratan pengukuran.

Langkah Pengukuran Diameter Piston


Sebelum melakukan pengukuran, pastikan anda telah menyiapkan semua peralatan yang dibutuhkan. Salah satu persiapan yang penting adalah menuiapkan catatan untuk menulis hasil pengukuran. Dalam sebuah piston akan kita ukur pada 6 posisi, yaitu sumbu Xa,b,c dan sumbu Ya,,b,c. Buat tabel seperti gambar dibawah.

Selanjutnya, pastikan piston telah terbebas dari segala kotoran. Jika ada kerak bersihkan kerak tersebut menggunakan cairan pembersih karburator dengan bantuan sikat.

Untuk mengukurnya ada 6 posisi yang perlu kita pahami terlebih dahulu, posisi itu terletak pada ;



Mulailah mengukur dari posisi mana saja, misal pada posisi Xa. Maka persiapkan outside micrometer dengan meregangkan bagian spindle selebar mungkin agar piston bisa masuk sepenuhnya.

Lakukan pengukuran seperti pada gambar dibawah ini, pastikan anda memutar bagian rachet saat mengencangkan ukuran. Dan jangan melibatkan thimble ketika mengencangkan.

Img by :instructables.com

Gerakan piston ke arah samping kiri dan kanan, ketika piston hanya bisa digerakan ke satu arah, maka pengukuran anda kurang center. Kendorkan spindle sedikit saja, lalu lakukan hal serupa. Jika piston dapat bergerak ke kiri kanan dengan agar sesak, maka pengukuran anda telah pas.

Jangan lupa kunci micrometer agar pengukuran tidak berubah. Bacalah hasil pengukuran tersebut.

Terakhir bacalah hasil pengukuran micrometer dan catat pada catatan yang telah kita siapkan.

Bagaimana cara membacanya ?

Bagi anda yang belum mengetahui cara membaca hasil pengukuran micrometer, bisa di simak pada artikel ini.

Analisa Hasil Pengukuran


Setelah kita melakukan pengukuran bukan berarti pekerjaan kita selesai, pengukuran hanya awal dari pekerjaan ini. Sementara untuk menentukan apakah piston masih baik atau perlu diganti, kita harus melakukan analisa.

Pertama, hitung ketirusan piston
Ketirusaan piston ada dua macam, yaitu ketirusan sumbu X dan ketirusan sumbu Y. Untuk menghitung ketirusan sumbu X anda cukup mencari selisih terbesar antara hasil pengukuran Xa, Xb dan Xc. Pada ketirusan sumbu Y juga sama, cari selisih terbesar Ya,Yb dan Yc.

Kemudian bandingkan dengan limit ketirusan yang tertera pada technical specification book. Apabila melebihi limit maka piston sudah tidak standar dan perlu diganti.

Kedua, hitung keovalan piston
Keovalan adalah kondisi lingkar piston yang tidak sempurna. Keovalan piston ada tiga macam, yaitu keovalan titik a, titik b dan titik c. Untuk menghitung keovalan titik a, maka anda cukup mencari selisih antara hasil pengukuran Xa dengan Ya. Begitu pula dengan titik b dan titik c.

Terakhir jangan lupa bandingkan dengan limit yang ada pada buku spesifikasinya.

Jika semua telah rampung dikerjakan, maka anda mendapatkan kesimpulan apakah piston masih dalam keadaan baik atau perlu diganti. Jangan lupa untuk merapikan kembali peralatan yang kita gunakan dan bersihkan agar umur tools lebih awet.



Sekian artikel singkat kita kali ini tentang cara mengukur diameter piston, semoga bisa membantu.

Cara Memeriksa Celah Ujung Ring Piston/ Gap Ring Piston

Mengukur piston gap - Salah satu pengukuran yang dilakukan ketika melakukan pekerjaan turun mesin, adalah pengukuran ring piston. Tujuan pengukuran ini adalah untuk mengetahui tingkat keausan ring piston.

Biasanya, ada beberapa gejala yang mengharuskan mesin mengalami overhoule. Contohnya, ketika tekanan kompresi lebih kecil dari standar. Hal ini bisa disebabkan banyak hal, antara lain katup yang tidak rapat, keausan blok silinder dan keausan ring piston.

Baca Juga :


Untuk itu, pengukuran ring piston penting dilakukan. Meski komponen ini kecil namun memiliki fungsi yang vital, karena akan menjaga tekanan kompresi tetap tinggi pad mesin.

Ada dua macam pengukuran ring piston yaitu



A. Pengukuran gap ring piston
B. Pengukuran side clearence

Alat yang anda butuhkan, sebelumnya hanya piston ring expander untuk melepas ring psiton dan feeler gauge. Pastikan feeler gauge yang akan anda gunakan dalam keadaan bersih dan rata, karena akan mempengaruhi ketelitian pengukuran.

Lantas bagaimana cara memreiksa celah ujung ring piston dan pengukuran piston ring side clearence ? simak pembahasan dibawah.

1. pengukuran piston ring side clearence


Piston ring side clearence adalah celah antara ring piston dengan dudukan ring pada piston. Umumnya ada tiga jumlah ring piston dalam sebuah piston, sehingga anda perlu mengukur semuanya.

Untuk mengukur piston ring side clearence atau celah samping ring piston, cukup mudah. Pastikan anda sudah mengeluarkan satu unit piston dari dalam blok silinder, kemudian bersihkan menggunakan bensin atau lap agar oli serta kotoran tidak lagi menempel. Selagi membersihkan kotoran, anda jangan melepas ring dari piston terlebih dahulu.

Lakukan pengukuran dengan cara memasukan feeler gauge ke dalam celah antara ring dengan dudukanya. Masukan feeler dengan ketebalan yang sesuai. Kemudian catat tebal feeler yang mampu masuk kedalam celah ring piston. Bandingkan hasil pengukuran itu dengan spesifikasinya.

2. pengukuran piston ring gap


Pengukuran kedua, yaitu mengukur celah ujung ring piston. Pengukuran ini akan mengetahui berapa keausan luar ring piston. Kita tahu ring piston terbuat dari baja lentur, saat dimasukan maka lingkaran tersebut akan mengecil dan kedua ujung ring akan berjarak sangat kecil.

Saat bagian luar ring aus, otomatis lingkar ring juga semakin membesar. Hal ini tentu saja akan menyebabkan celah ujung ring semakin besar. Akibatnya kompresi bocor.

Untuk mengukur celah ini, anda harus melepas piston ring menggunakan expander. Dan masukan salah satu ring piston kedalam blok silinder kemudian dorong menggunakan piston agar posisi ring bisa rata.


Terakhir masukan feeler gauge kedalam celah ujung ring piston dengan ketebalan yang sesuai. Mungkin anda perlu beberapa lapis feeler dengan ketebalan berbeda. Kemudian catat hasil pengukuran dan bandingkan dengan spesifikasi atau limitnya.

Contohnya, pada Toyota akan limit gap ring oli adalah sebagai berikut
  • 0,33 mm untuk piston ring atas
  • 0,58 mm untuk piston ring bawah



Jika didapat pengukuran melebihi limit diatas, maka tidak ada cara lain selain menggantinya. Jika tidak diganti maka akan sulit. Karena keausan ring piston tidak dapat dikembalikan. Berbeda dengan blok silinder yang bisa diakali dengan bore up.
Pemerikasan gap ring piston hanya dilakukan pada ring kompresi saja. Hal ini karena pengukuran ini memang berpengaruh terhadap tekanan kompresi, dan bukan tentang oli mesin. Selain itu, ring oli biasanya tidak memiliki celah.

Tapi apabila ada penggantian komponen ring piston, maka ring oli juga harus diganti. Alasanya karena ring oli juga bisa mengalami keausan. Namun keausan ring oli tidak akan mempengaruhi kompresi mesin, hanya saja terdapat beberapa waktu dimana oli bisa masuk kedalam ruang bkar.

Untuk itu dalam penggantian ring piston, umumnya satu set sejumlah ring pada piston tersebut.

Kesimpulan


Jika anda telah melakukan pengukuran, langkah selanjutnya adalah analisa. Cara menganalisa cukup mudah anda hanya perlu melakukan perbandingan antara pengukuran ring piston dengan limit yang ada pada buku spesifikasi.

Tapi sebelum anda menganalisa pengukuran ring piston, terlebih dahulu menganalisa hasil pengukuran diameter blok silinder. caranya bisa anda simak pada link tersebut.

Hal ini dikarenakan, ketika sebuah mobil mengeluhkan kurangnya tenaga akibat menurunya tekanan kompresi. Umumnya disebabkan karena silinder sudah aus. Artinya jika anda hanya mengganti ring piston saja tanpa menganalisa blok silinder, akan percuma. Tidak lama lagi gejala serupa akan timbul kembali.

Hal lain yang tak kalah penting ketika anda memutuskan mengganti satu set ring piston adalah mengenai kualitas barang. Ring piston walau kecil, masuk kedalam komponen vital mesin. Oleh karena itu usahakan menggantinya dengan kualitas yang original yang berasal dari suku cadang aslinya.

Menggunakan ring aftersales memang tidak ada salahnya, namun resiko yang anda peroleh yaitu ketidak tepatan ukuran ring dengan piston. Akibatnya ada dua hal, yaitu ring yang terlalu longgal ataupun ring yang terlalu sesak.


Ketika ring piston longgar, yang terjadi adalah ;
  • Tekanan kompresi turun
  • Oli beresiko masuk ke ruang bakar
  • Tenaga mesin berkurang
  • Ruang bakar cepat kotor(karbon)



Ketika ring piston terlalu sempit, maka yang terjadi adalah ;
  • Kemungkinan ring tidak masuk sama sekali. Sehingga sia-sia
  • Ring beresiko patah
  • Bisa menyebabkan blok silinder cepat aus.


Baca Juga :



Untuk itu bijaklah dalam melakukan penggantian komponen vital mesin. Jangan lihat harganya, tapi lihat kegunaan dan keawetanya. Mungkin sekian tips kali ini tentang cara memeriksa celah ujung ring piston dan mengukur piston ring side clearence. Semoga bermanfaat.

Cara Menghitung Keovalan Dan Ketirusan Blok Silinder Mesin

Dalam proses kerjanya, mesin menghasilkan tenaga dari adanya pembakaran. Pembakaran itu akan mendorong piston untuk bergerak naik turun. Gerakan tersebut pasti menghasilkan adanya gesekan antara silinder dan ring piston. Dalam waktu lama, gesekan ini akan menimbulkan keausan diantara kedua komponen itu. Itulah sebabnya mesin yang sudah berumur memiliki keluhan tenaga kurang dengan tekanan kompresi yang rendah.

Jika silinder sudah aus, artinya tenaga juga akan terhambat. Sehingga perlu dilakukan over size hingga penggantian. Namun untuk mengetahui apakah silinder mesin masih layak atau tidak, kita perlu melakukan pengukuran. Pengukuran ini akan mengetahui besat ketirusan dan keovalan silinder mesin. Lantas bagaimana langkahnya, simak cara menghitung keovalan dan ketirusan silinder mesin berikut.

Perbedaan Ketirusan Dan Keovalan

Sebelum kita melangkah lebih jauh, mari pahami arti dari kedua kata ini. Ketirusan dan keovalan memiliki arti yang berbeda.

Ketirusan, adalah bentuk keausan silinder jika dilihat dari bagian samping silinder. Bentuk keausan ini akan berbentuk tirus karena ada perbedaan diameter silinder bagian bawah dan atas. Perbedaan ini akan menunjukan besar ketirusan.

Keovalan, adalah bentuk keausan silinder mesin jika dilihat dari bagian atas. Silinder yang normal, pasti akan berbentuk lingkaran sempurna jika dilihat dari atas. Namun ketika terjadi keausan di salah satu sisi silinder, bentuknya pun menjadi lebih oval.


Cara mengukur keovalan dan ketirusan silinder.


Untuk melakukan pengukuran silinder mesin, kita perlu tools khusus yang disebut Cylinder Bore Gauge. Alat ini dapat mengukur diameter silinder dengan ketepatan mencapai 0,01 mm. Namun sebelum melakukan pengukuran, kita perlu melalukan penyetelan pada alat ini.

Nama nama komponen cylinder bore gauge


alat pemeriksaan keausan silinder

  • Dial gauge. Komponen ini akan menunjukan skala ukuran dengan satuan mili meter.
  • Lock position. Komponen ini berfungsi menahan agar dial gauge tetap diam saat bore gauge digunakan.
  • Grip. Komponen ini berfungsi sebagai pegangan ketika mengaplikasikan bore gauge.
  • Replacement rod. Komponen berupa batang dengan panjang yang bervariasi untuk mengukur banyak silinder yang mempunyai diameter berbeda.
  • Replacement washer. Sama halnya dengan replacement rod, namun replacement washer memiliki ketebalan yang kecil. Berkisar 0,5 mm.
  • Measuring point. Berupa tonjolan yang apabila ditekan akan menggerakan jarum dial gauge.


1. Langkah-langkah penyetelan cylinder bore gauge.

Untuk melakukan penyetelan, kita harus mengetahui lebih dulu berapa diameter standar blok mesin yang akan kita ukur. Diameter standar bisa diketahui dengan melihat spesifikasi teknis mesin atau mengukurnya secara langsung dengan vernier caliper. Pengukuran menggunakan vernier caliper hanya sebagai acuan karena kurang akurat.

Jika sudah diketahui besar diameter silinder, maka lanjutkan untuk merangkai replacement rod pada bore gauge. Misal diameter silinder adalah 62,05 mm. Maka kita memilih replacement rod dengan panjang 60 mm ditambah replacement washer dengan ketebalan 3 mm. Sehingga total 63.00 mm.

Mengapa lebih tinggi ?

Karena kita akan mengukur keausan. Komponen yang mengalami keausan pasti memiliki pembesaran diameter. Jika kita pilih replacement rod yang sama atau lebih kecil dari diameter silinder, maka measuring point tidak dapat tertekan saat melakukan pengukuran.
Pemeriksaan ketirusan silinder block

Setelah terpasang, maka set dial gauge ke angka nol menggunakan micrometer. Posisikan outer micrometer pada ukuran 62,05 mm, masukan replacement rod pada timble micrometer. Maka measuring point akan bergerak dan jarum dial gauge ikut bergerak. Set skala dial gauge ke posisi nol pada jarum dial gauge.

2. Langkah pengukuran diameter silinder.

Lakukan pengukuran di dalam silinder. Ada tiga posisi pengukuran tiap silinder yaitu pada sumbu X dan Y masing-masing posisi atas, tengah dan bawah. Sumbu X adalah sumbu yang memotong mesin secara melintang atau horizontal. Sedangkan sumbu Y adalah garis yang memotong mesin secara vertikal atau memanjang.


Komponen cylinder bore gauge

Cara mengukurnya, masukan cylinder bore gauge ke dalam silinder. Kemudian, goyangkan alat ini kekiri dan kekanan sambil memperhatikan jarum dial indicator. Kita perlu memperhatikan titik terjauh jarum bergerak. Karena titik ini akan menunjukan selisih diameter silinder dengan diameter standar. Lakukan pengukuran ini pada tiap posisi masing-masing silinder.

Untuk menghitung keovalan, kita perlu mencari selisih antara pengukuran diameter sumbu X dan sumbu Y pada tiap posisi. Sementara ketirusan, dapat kita ketahui dengan mencari selisih pengukuran diameter atas dan bawah pada satu sumbu.
Cara mengukur diameter

Cara lain dalam mengukur diameter silinder.


Cara diatas adalah prosedure pengukuran diameter silinder yang benar. Namun, dalam aplikasinya terkadang di temui beberapa kendala seperti hasil pengukuran yang lebih kecil dari standar. Hal itu bisa saja terjadi karena setiap mesin memiliki diameter yang berbeda walau dibuat pada pabrik yang sama. Untuk itu ada cara lain yang banyak digunakan para teknisi untuk menghitung ketirusan dan keovalan.

Caranya lihat dahulu besar diameter standar blok mesin untuk merangkai replacement rod dan washer yang tepat. Kemudian, lakukan penyetelan langsung didalam silinder.

Dengan cara memasukan cylinder bore gauge ke dalam silinder posisi paling bawah. Posisi paling bawah merupakan area yang tidak mengalami gesekan dengan ribg piston. Sehingga diameternya masih standar. Lanjut dengan menggerakan bore gauge kekanan dan kekiri. Perhatikan titik terjauh jarum dial gauge. Posisikan skala dial gauge ke posisi nol tepat pada jarum yang bergerak ke titik terjauh.

Selanjutnya, kita langsung melakukan pengukuran diameter silinder pada enam posisi tersebut seperti yang sudah dijelaskan di atas.

Demikian panduan tentang cara menghitung ketirusan dan keovalan silinder mesin menggunakan cylinder bore gauge. Selain dari ketirusan dan keovalan silinder, penyakit pada mesin juga bisa disebabkan karena piston yang tidak standar. Simak bagaimana cara pemeriksaan piston agar lebih jelas. Semoga bisa bermanfaat.