Showing posts with label Kelistrikan Mesin. Show all posts

Fungsi Vital CDI Pada Sepeda Motor

 

Mesin motor itu ngga bisa nyala kalau ngga ada businya. Karena busi ini akan mengeluarkan percikan api, untuk membakar campuran udara dan bensin yang telah dikompresi didalam mesin. Lalu bagaimana percikan api pada busi ini bisa muncul ?

 

Inilah gambaran pentingnya CDI pada motor. CDI merupakan salah satu jenis sistem pengapian yang paling banyak digunakan pada sepeda motor. Ini sangat vital. Seperti yang saya katakan diawal, sistem pengapian ini yang bikin busi keluar api. Jadi kalau ngga ada sistem pengapian, mesin otomatis ngga bisa nyala.

 

Lalu bagaimana CDI beroperasi ?

 

CDI merupakan kependekan dari kapasitor discharg ignisyen. Sesuai Namanya, CDI menggunakan kapasitor sebagai komponen pembedanya, daripada jenis sistem pengisian yang lain.

 

Biar lebih jelas, saya akan jelaskan dari awal mula api pada busi bisa terbentuk.

 


Jadi percikan yang muncul dibusi ini, sebenarnya bukanlah api. Melainkan hanya sengatan energi listrik. Layaknya petir yang bersifat membakar, percikan pada busi ini juga bersifat membakar meskipun dengan skala yang kecil. Meski dengan skala kecil, ini sudah cukup untuk membakar campuran udara dan bensin karena sudah dikompresi.

 

Tapi bagaimana percikan listrik pada busi ini muncul.

 

Kalau kita lihat bagian dalam busi, kita akan menemukan batang konduktor yang terhubung ke terminal positif baterai. Batang ini biasa disebut elektroda. Sementara ulir busi, terhubung ke terminal negative atau ground. Percikan listrik akan muncul pada celah antara ujung elektroda dengan ground.

 

Tapi bagaimana bisa ? kan itu ada celahnya ?

 

Dengan tegangan 12 volt pada aki, percikan listrik tidak akan keluar. Tapi kalau kita naikan tegangan sampai 10 kilovolt, maka itu akan menghasilkan loncatan elektron yang berbentuk percikan api.

 

Sekarang pertanyaannya, bagaimana cara menaikan tegangan 12 volt sampai 10 ribu volt ?

 

Itu dilakukan oleh komponen yang namanya ignisyen koil. Ignisyen koil ini sama seperti trafo step up yang berfungsi menaikan tegangan. Tegangan yang mampu dilipat gandakan oleh koil dipengaruhi oleh jumlah perbedaan lilitan antara kumparan sekunder dengan kumparan primer.

 

Namun karena pelipat gandaan tegangan ini hampir 1000 kali lipat, harusnya koil ini punya ukuran yang besar. Dan ini membuat efisiensi kelistrikan mesin motor jadi lebih rendah.

 

Untuk memaksimalkan efisiensi kelistrikan mesin, maka ada komponen yang namanya CDI unit. Secara sederhana, CDI ini akan membuat arus yang mengalir pada kumparan primer koil, menjadi sekitar 100 volt.

 

Jadi pelipat gandaan tegangan didalam koil tidak terlalu besar. Ini akan memangkas ukuran ignisyen koil. Dalam melakukan kinerjanya, CDI unit dibantu oleh pulse igniter. Ini, digunakan untuk mengatur timing kapan busi menyala. Jadi busi itu hanya menyala setelah campuran udara dan bahan bakar dikompresi. Sehingga induksi pada koil, juga harus ada timmingnya.

 

Nah, pulse igniter ini tugasnya untuk mengepaskan timming itu.

 

Jadi didalam CDI itu ada komponen kapasitor. Kapasitor punya kemampuan kapasiti, atau menyimpan arus listrik. jadi ketika kapasitor terhubung ke aki, arus listrik dari aki akan mencharge kapasitor. Ketika rangakaian tersebut terputus, kapasitor akan melepaskan arus yang tersimpan secara spontan.

 

Sehingga, tegangan yang dilepaskan oleh kapasitor ini bisa mencapai 100 volt. Agar ini bisa terjadi, maka perlu ada mekanisme pemutusan dan penyambungan arus dari baterai. Ini di handel oleh dua komponen, yakni pulse igniter dan SCR.

 

Pulse igniter ini, terdiri dari solenoid dan rotor magnet. Ketika tonjolan pada rotor ini mengenai solenoid, maka sinyal akan terkirim ke SCR. Sinyal ini akan digunakan oleh SCR untuk memutuskan arus dari aki ke kapasitor.

 

Jadi gampangnya, dalam posisi ini kapasitor terhubung ke aki. Ini akan mencharge tegangan pada kapasitor. Ketika rotor mengenai solenoid, arus baterai ke kapasitor langsung terputus. Sehingga kapasitor melepaskan arus yang sebelumnya tersimpan didalam kapasitor. Lepasan arus ini akan menginduksi ignisyen koil, sehingga tegangan tinggi pada busi bisa terbentuk dan terjadilah loncatan bunga api.

 

Ketika tonjolan ini sudah melewati solenoid, baterai kembali terhubung ke kapasitor. Sehingga ketika tonjolan ini kembali mengenai solenoid, ini akan menciptakan kembali loncatan api pada busi.

 

Jadi siklusnya seperti itu.

 

Sistem pengapian CDI ini digunakan pada hampir tiap motor yang diproduksi sekarang. Karena dibandingkan tipe platina, ini jauh lebih awet. Karena CDI tidak memiliki komponen mekanis yang bergesekan. Semua serba elektronik. Sehingga lebih awet meski tidak diservis.

 

Itulah penjelasan tentang bagaimana komponen CDI sangat penting pada sepeda motor. Semoga bermanfaat.

12 Komponen Alternator Mobil Beserta Fungsinya Secara Rinci

Anda sudah tahu apa itu alternator dan apa fungsinya, tetapi apakah anda sudah mengetahui bagian-bagian yang saling berinteraksi hingga sebuah alternator dapat menghasilkan arus listrik DC ?

Apabila belum, anda bisa cek artikel dibawah karena kita akan membahas 12 komponen pada alternator mobil beserta penjelasannya masing-masing secara rinci.

Komponen Alternator Mobil Beserta Fungsinya


Dinamo alternator pada dasarnya memiliki komponen yang tidak jauh beda dengan generator penghasil arus listrik pada umumnya. Namun karena ukuran alternator disesuaikan lebih kecil, maka komponennya pun ada sedikit perbedaan.


1. Rotor coil

Rotor coil adalah kumparan berputar yang berfungsi menyediakan medan magnet didalam alternator, kita tahu kalau prinsip kerja alternator itu dengan memanfaatkan perpotongan garis gaya magnet untuk menghasilkan aliran listrik.

Untuk mendapatkan perpotongan gaya magnet tersebut, maka harus ada medan magnet yang dibangkitkan terlebih dahulu. Pada pengisian sepeda motor, rotor sudah menggunakan permanen magnet sehingga tak perlu dibangkitkan lagi medan magentnya.

Tapi pada alternator mobil, rotor terbuat dari kumparan yang bisa mengeluarkan medan magnet hanya apabila dialiri arus listrik.

Dari mana arus listrik berasal ?

Tentu dari aki, sehingga tanpa aki mobil tidak bisa dihidupkan.

Rotor ini terhubung ke poros alternator, sehingga saat poros berputar rotor juga berputar dan medan magnet akan bergerak-gerak.

2. Stator coil

Stator coil adalah kumparan statis yang berfungsi menangkap perpotongan medan magnet. Seperti yang dijelaskan diatas, untuk menghasilkan aliran listrik maka medan magenet harus berpotongan dengan kumparan.

Nantinya, pada kumparan statis tersebut akan timbul aliran listrik dengan tegangan dan arah tertentu.

Lokasi stator ada dibagian luar rotor coil, jadi ada jarak beberapa milimeter antara permukaan rotor dengan permukaan stator. Karena jaraknya cukup kecil, maka medan magnet dari stator akan menyentuh kumparan stator. Sehingga begitu rotor diputar, medan magnet tersebut akan berpotongan dengan stator coil.

3. Alternator shaft

Poros alternator berfungsi sebagai penghubung antara bagian pulley dengan rotor. Sehingga putaran dari pulley alternator bisa tersambung ke rotor dan rotor dapat berputar.

4. Brush

Brush atau sikat adalah komponen tembaga berbentuk kotak kecil, yang digunakan untuk menghubungkan arus listrik ke rotor coil. Kita tahu kalau rotor itu perlu arus listrik untuk membangkitkan kemagnetan namun rotor ini juga berputar.

Jadi arus listrik tidak bisa disambungkan begitu saja menggunakan kabel.

Jalan keluarnya, dengan memanfaatkan dua buah brush yang menekan slip ring. Slip ring sendiri merupakan bagian pada ujung poros alternator yang terhubung ke dua ujung kumparan rotor. Sehingga saat brush ini menempel pada slip ring maka arus listrik akan tersalur ke rotor.

5. Pulley

Pulley berfungsi untuk menerima putaran input dari mesin. Secara teknis, pulley memang diputar oleh drive belt namun drive belt ini melilit ke pulley crankshaft. Sehingga begitu pulley cranshaft berputar, maka pulley alternator pun ikut berputar.

Apakah RPM pulley alternator sama dengan pulley crankshaft ?

Sepertinya tidak demikian, meski terletak pada satu lilitan drive belt namun diameter pulley alternator umumnya lebih kecil. Sehingga RPM alternator bisa lebih cepat dibandingkan RPM crankshaft.

6. Bearing

Bearing berfungsi sebagai bantalan yang akan melapisi poros alternator dengan frame alternator. Sebetulnya bukan hanya pada alternator, semua mekanisme putaran pada sistem apapun wajib memiliki bearing. Tanpa bearing maka putaran poros bisa lebih kasar dan berat.

Pada alternator, umumnya ada dua buah bearing yang diletakan dibagian frame depan dan frame belakang.

7. Alternator fan

Kalau anda melihat bagian depan rotor coil, anda akan melihat sirip-sirip kipas. Fungsi kipas ini adalah untuk mendinginkan kumparan baik stator dan rotor saat bekerja.

Kipas ini diperlukan untuk mencegah alternator overheat, karena panas berlebih didalam alternator akan mengganggu proses pengisian arus listrik secara keseluruhan.

8. Rectifier/dioda

Rectifier atau rangkaian dioda adalah komponen untuk mengubah arus AC menjadi DC. Rectifier diperlukan karena arus output dari stator coil, masih bersifah AC atau bolak balik. Sementara kelistrikan mobil menggunakan DC.

Sehingga diperlukan rangkaian dioda untuk mengubah arus AC ke DC. Cara pengubahan ini murni tugas dari dioda dimana dioda dapat memblok aliran arus dari salah satu arah. Sehingga saat arus AC dialirkan ke dioda maka hanya satu arah saja yang dapat lewat. Sehingga arusnya menjadi searah/DC.

9. IC regulator

IC regulator adalah komponen untuk mengatur besar tegangan yang dihasilkan oleh stator agar tidak melebihi batas 14 Volt. Regulator terletak setelah rectifier, artinya arus DC yang diatur pada regulator ini.

Kelistrikan mobil bekerja pada tegangan 12 Volt, namun saat pengisian berlangsung tegangan yang diizinkan maksimal 14 Volt. Jadi apabila lebih dari 14 volt, maka berpotensi merusak komponen kelistrikan mobil.

IC regulator akan mencegah hal tersebut.

Namun rangkaian IC regulator terbilang rumit karena menggunakan beberapa komponen elektronika seperti transistor. Meski demikian bentuk dari IC regulator ini cukup kecil dibandingkan regulator konvensional. Sehingga IC regulator bisa diletakan didalam alternator.

Namun pada sistem pengisian konvensional dimana regulator yang digunakan masih tipe point/konvensional, maka tidak ada IC regulator didalam aletrnator.


10. Alternator socket

Socket alternator pada sistem pengisian IC, umumnya sangat simpel karena hanya terdiri dari dua buah terminal. Nantinya dua terminal ini akan terhubung ke brush untuk urusan pembangkitan medan magnet pada rotor coil.

11. Battery connector

Battery connector adalah baut yang dijadikan sebagai terminal output arus pengisian. Pada terminal inilah arus output pengisian siap untuk digunakan, jadi baut ini akan dihubungkan ke kabel positif aki agar dapat digunakan untuk kelistrikan mobil serta mengisi daya aki.

12. Alternator housing

Rumah alternator adalah frame atau housing yang berfungsi sebagai pelindung semua komponen-komponen alternator. Secara umum, ada dua buah frame yang digunakan, yakni front frame dan end frame. Keduanya memiliki fungsi yang sama yakni melindungi bagain-bagian alternator.

Mesin Diesel Common Rail – Pengertian, Kelebihan dan Cara Kerja

Mesin berbahan bakar solar atau biasa dikenal dengan mesin diesel banyak digunakan pada kendaraan berbobot berat seperti truk dan bus.

Tapi tidak menutup kemungkinan mesin diesel digunakan untuk dapur pacu mobil-mobil penumpang seperti SUV bahkan MPV. Hal ini ditambah pula dengan perkembangan dunia otomotif dimana sekarang sudah banyak sekali mobil bermesin diesel dengan teknologi common rail.

Lalu seperti apa sebenarnya bentuk dari mesin diesel common rail dan apa kelebihan dari mesin diesel common rail ini ? mari kita bahas selengkap-lengkapnya.

Pengertian Mesin Diesel Common Rail


Sistem common rail adalah mekanisme penyaluran bahan bakar solar dari tanki ke dalam ruang bakar secara langsung, dengan bantuan perangkat elektronik sebagai pengontrol volume bahan bakar yang disuplai.

Dengan kata lain, common rail itu seperti sistem EFI pada mesin diesel.

Perkembangan sistem common rail sendiri sebenarnya sudah dimulai dari tahun 1960-an, saat itu prototype dari mekanisme common rail telah diciptakan oleh Robert Hubber dari Swiss. Namun penggunaannya pada kendaraan, pertama kali dimulai pada tahun 1990-an di Jepang. Saat itu skema common rail dipakai pada mesin diesel alat berat.

Namun di era sekarang, mekanisme common rail sudah semakin disempurnakan oleh masing-masing insinyur developer kendaraan. Sehingga, mesin diesel common rail bisa diaplikasikan pada mobil MPV sekalipun. Contoh MPV yang menggunakan mesin diesel common rail adalah Chevrolet Spin 1.3 Diesel dan Ertiga Diesel.

Apa kelebihan common rail ?


  • Suplai bahan bakar lebih ideal karena dikontrol oleh ECU
  • Tenaga mesin lebih enteng
  • Emisi lebih ramah lingkungan
  • Suara mesin juga lebih tenang
  • Konsumsi bahan bakar lebih irit


Lalu Bagaimana Cara Kerja Mesin Diesel Common Rail ?


Dari penjelasan diatas, setidaknya anda sudah paham apa itu sistem common rail dan apa kelebihan sistem ini. Untuk anda yang masih penasaran tentang skema common rail, mari kita bahas lebih dalam tentang cara kerja dan konstruksi sistem common rail.

img ; nwfuel.ca

Seperti yang dikatakan diawal, sistem common rail itu merupakan sistem EFInya mesin diesel. Artinya sistem ini berperan pada sektor suplai bahan bakar. Dimana pada skema konvensional, solar dari tanki akan disalurkan ke pompa tekanan tinggi.

Pompa tekanan tinggi ini tidak hanya sekedar menaikan tekanan solar. Pompa ini akan menaikan tekanan solar secara spontan dan pada timming tertentu. Bisa dikatakan, untuk mesin diesel konvensional 4 silinder maka ada 4 chanel pada pompa yang masing-masing akan bekerja secara bergantian sesuai timmingnya.

Sehingga kalau ada pertanyaan, bagaimana solar bisa mengabut pada injektor tipe konvensional ?

Jawabannya solar dapat mengabut karena ada peningkatan tekanan solar yang signifikan secara spontan. Dimana ujung injektor (nozle) sudah dibuat dengan lubang super kecil. Sehingga saat solar bertekanan tinggi berinteraksi dengan ujung nozle tersebut, maka solar akan mengabut.

Tapi pada sistem common rail sedikit berbeda. Dimana letak perbedaanya ?

Sistem common rail tetap memiliki pompa tekanan tinggi, namun fungsi pompa ini disederhanakan hanya untuk menaikan solar secara konstan. Artinya tidak seperti pompa tipe konvensional yang hanya akan menaikan tekanan solar saat mencapai timming, melainkan pompa common rail ini akan terus menekan solar untuk menjaga tekanan solar tetap tinggi (stabil).

Dan yang berbeda lagi, ada pada bagian injektor. Injektor pada sistem common rail dibuat normaly closem, artinya dalam kondisi off injektor akan tertutup rapat tanpa celah sedikitpun. Ketika timming pengapian tercapai, maka solenoid akan membuka nozle sehingga akan ada celah pada ujung injektor.

Hasilnya, solar yang sebelumnya sudah dalam kondisi full pressure otomatis keluar dengan kondisi terkabut karena lubang pada nozle yang dibuka soleniod ini juga cukup kecil.

Dan yang mengendalikan kapan solenoid terbuka, itu adalah ECU selaku otak atau processor utama dari sistem common rail.

Jadi, secara lebih sederhana


Perbedaan mekanisme diesel konvensional dan diesel common rail ada pada metode penginjeksian solar. Dimana pada tipe konvensionak, injekor dibuat agar tetap terbuka dan tekanan solar yang akan mengontrol. Sementara pada mekanisme common rail, tekanan solar dibuat tetap stabil dan injektor yang akan mengontrol.

Lebih detail tentang bagaimana common rail bekerja, bisa anda lanjutkan pada artikel berikut cara kerja sistem common rail.

Lalu bagaimana cara ECU mengontrol injektor ?

Tentu ini adalah tugas dari perangkat elektronik. Perangkat ini pula yang akan mengatur RPM dari mesin dengan mengatur volume solar yang diinject didalam ruang bakar. Secara kasar ada tiga kelompok perangkat elektronik yang digunakan yakni ;
Sensor
ECU
Aktuator

1. Sensor

Sensor adalah perangkat pendeteksi, artinya sensor akan mendeteksi semua informasi yang diperlukan untuk menghitung berapa bahan bakar yang ideal. Sensor ini tidak hanya satu, karena yang diukur itu ada lebih dari satu. Beberapa sensor yang ada pada sistem common rail antara lain ;

  • IAT (intake air temperature) untuk menghitung suhu udara intake.
  • MAF (mass air flow) untuk menghitung masa udara berdasarkan kecepatan aliran.
  • MAP (manifold air pressure) untuk menghitung tekanan didalam intake untuk menentukan beban mesin.
  • CKP (crankshaft position) untuk menghitung RPM mesin.
  • CMP (camshaft position) untuk mencari tahu timming atau posisi silinder mesin.
  • ECT (engine coolant temperature) untuk menghitung suhu mesin.
  • APP (accelerate pedal position) menghitung sudut pembukaan peda gas untuk menerjemahkan RPM mesin yang dikehendaki pengemudi.


2. ECU

ECU (electronic control unit) adalah perangkat processor yang berfungsi memproses semua informasi yang didapat dari semua sensor. ECU terbuat dari serangkaian IC dan perangkat elektronik lain seperti CPU pada komputer.

Bentuk data komunikasi pada ECU umumnya menggunakan tegangan (analog), dimana nominal tegangan akan mengartikan informasi tertentu. Namun ada pula ECU yang sudah menggunakan skema digital.

Lebih lengkap, Penjelasan lengkap tentang ECU pada mobil

3. Aktuator

Aktuator adalah perangkat output yang akan melaksanakan perintah dari ECU. Dalam hal ini, solenoid didalam injektor berperan sebagai aktuator. Hasil perhitungan dari ECU akan berupa tegangan dengan interval tertentu, tegangan ini akan disalurkan ke masing-masing injektor. Tugas aktuator/solenoid adalah mengkonversi tegangan dari ECU ke bentuk gerakan pembukaan nozle sehingga solar dapat mengabut.

Selengkapnya tentan komponen pada sistem common rail, bisa anda simak pada artikel berikut 8 komponen sistem common rail dan fungsinya.

Sekian artikel singkat tentan materi sistem common rail, semoga menambah wawasan kita.

Sistem EFI Mobil – Pengertian, Cara Kerja, Komponen, Dan Rangkaian Kelistrikan

Pernah mendengar sistem EFI ? atau motor injeksi ? pasti pernah. Itu adalah salah satu sistem suplai bahan bakar yang ada pada kendaraan-kendaraan modern.

Lalu apa kelebihannya ? bagaimana cara kerjanya ? mari kita bahas secara detail di artikel ini.

Pengertian Sistem EFI

makalah sistem efi

EFI adalah kependekan dari Electronic Fuel Injection, kalau diartikan maka sistem EFI adalah suatu rangkaian penyuplai bahan bakar secara elektronik. Artinya, sistem suplai bahan bakar dari tanki ke ruang bakar sudah berbasis elektronik.

Bagaimana mungkin dibuat berbasis elektronik ?

Sebelumnya, pada sistem bahan bakar konvensional yang masih menggunakan karburator bensin dari tanki akan disalurkan ke karbu melalui pompa mekanis. Pompa mekanis ini bekerja menggunakan sebuah nok yang terhubung ke camshaft mesin.

Disamping itu, karburator juga bekerja secara mekanis dengan memanfaatkan perbedaan tekanan udara untuk menyuplai bensin dengan volume yang pas.

Tapi ada kelemahannya dari sistem konvensional ini, volume bensin yang masuk ke ruang bakar itu tidak bisa 100% ideal. Memang mesin masih bisa bekerja dengan baik, tetapi ketidakidealan bensin yang masuk tersebut akan berimbas pada emisi. Kita tahu sendiri, semakin hari standar emisi kendaraan semakin tinggi.

Sehingga dibuatlah sebuah perangkat elektronik yang terdiri dari sensor, processor, dan actuator untuk memasukan bensin ke ruang bakar secara ideal.

Bagaimana Cara Kerja Sistem EFI


Prinsip kerja sistem EFI juga menggunakan perbedaan tekanan, namun perbedaan tekanan ini dibuat lebih tinggi. Sehingga akan meningkatkan tekanan didalam saluran bensin, ini akan menyebabkan bensin mengabut secara sempurna.

keuntungan sistem efi

Ibaratnya sebuah kran, kalau anda buka kran dengan tekanan air yang rendah maka air dari kran hanya mengucur. Namun kalau tekanan air besar, air yang keluar dari kran seperti menyemprot sehingga akan memisahkan tiap molekul airnya (mengabut).

Lalu siapa yang meningkatkan tekanan bensin ?

Ini adalah tugas dari pompa bensin elektrik, pompa bensin elektrik sudah bekerja menggunakan motor listrik. Sehingga, kinerjanya tidak lagi dipengaruhi oleh RPM mesin.

Ini akan membuat tekanan bensin lebih bisa dikontrol dan lebih stabil, sehingga sangat cocok untuk sistem injeksi. (selengkapnya bisa baca Cara kerja sistem EFI lengkap )

Mekanisme Sistem EFI

sensor sistem efi.pdf

Seperti yang ditujukan gambar diatas, saat kunci kontak ON pompa bensin akan menyala. Sehingga saat kunci kontak baru ON tekanan bensin sudah meningkat. Namun pada saat ini, lubang injektor masih tertutup rapat sehingga tidak ada semprotan bensin yang masuk ke intake manifold.

Ketika kita putar kunci ke posisi start, injektor akan membuka dengan interval tertentu. Karena lubang injektor kecil, ditambah tekanan bensin besar maka efek ini akan mengabutkan bensin kedalam intake manifold. Dan bensin yang terkabut tersebut, akan masuk bersama aliran udara ke dalam ruang bakar.

Bagaimana mekanisme pengaturan volume bensin ?

Itu adalah tugas dari perangkat elektronik sistem EFI. Seperti yang dikatakan diatas, ada tiga komponen perangakt elektronik sistem EFI yakni ;

  • Sensor
  • Processor
  • Actuator


1. Sensor

Sensor adalah komponen yang berfungsi mendeteksi semua indikator yang dijadikan acuan untuk menentukan volume bensin yang ideal. Dalam sistem pengolahan data, sensor berfungsi sebagai input device dimana sensor-sensor ini akan mendeteksi beberapa indikator seperti temperatur udara intake, masa udara intake, temperatur mesin, dan lainnya.

Umumnya sensor bekerja dengan memanfaatkan variable resistor. Dimana ada tegangan referensi yang diberikan, kemudian tegangan referensi tersebut masuk ke sensor dimana ada variable resistor. Besar hambatan pada variable resistor ini mengikuti kondisi yang diukur, jadi output dari sensor berupa tegangan dengan nilai tertentu. Tiap nilai dari tegangan output ini akan diterjemahkan oleh processor untuk proses pengolahan data.

Setidaknya ada 8 sensor pada mesin injeksi

  • IAT (intake air temperature) berfungsi mendeteksi suhu udara intake.
  • MAF (mass air flow) mendeteksi masa udara intake.
  • TPS (throtle position sensor) berfungsi mendeteksi sudut pembukaan katup.
  • MAP (manifold air pressure) mendeteksi tekanan didalam intake manifold.
  • ECT (engine coolant temperature) berfungsi mendeteksi suhu air pendingin.
  • CKP (cranksfhaft posistion) mendeteksi putaran crankshaft untuk mengetahui RPM mesin.
  • CMP (camshaft position) mendeteksi putaran camshaft untuk mengetahui posisi TOP mesin.
  • O2S (oksigen sensor) berfungsi mendeteksi emisi gas buang dari dalam exhaust manifold.


2. Processor

Komponen processor pada mesin injeksi disebut ECU (electronic control unit) atau ECM (engine control module), baik ECU atau ECM sama saja hanya beda penamaan. Fungsinya untuk mengolah data-data yang diberikan oleh sensor, kemudian memberi perintah ke aktuator.

ECU bekerja seperti layaknya processor komputer yang akan mengolah semua data dari input device. Namun ECU sudah diprogram, untuk melakukan pengolahan data terkait kinerja mesin. Selain menghitung jumlah bensin yang ideal, ECU juga bertugas menghitung timming pengapian pada sistem pengapian DLI (distributor less ignition).

Dengan kata lain, ECU adalah perangkat pengontrol elektronik yang menjadi basis pengolahan data terkait performa mesin.

3. Actuator

Actuator adalah perangkat elektronik yang berfungsi mengeksekusi perintah dari ECU. Actuator ini mirip seperti output device yang akan melaksanakan perintah CPU pada komputer.

Bedanya, actuator pada sistem EFI itu injektor. Fungsinya untuk mengabutkan bensin dari saluran bensin kedalam intake manifold sesuai perintah dari ECU.

Injektor bekerja dengan menggunakan solenoid, dimana ketika ada aliran listrik kemagnetan pada solenoid akan membuka lubang injektor. Dan disaat inilah bensin mengabut. Untuk menentukan volume bensin yang mengabut, ada pada timming atau waktu solenoid membuka.

Artinya, ECU akan mengirimkan perintah berupa tegangan ke injektor dengan interval waktu tertentu. Lama interval waktu tersebut, diperoleh dari proses pengolahan data yang melibatkan berbagai sensor.


Komponen Sistem EFI


Secara umum, komponen pada sistem EFI tidak jauh beda dari sistem bahan bakar konvensional namun ada tambahan komponen elektronik. Beberapa komponen pada sistem EFI antara lain ;

  • Fuel tank
  • Fuel filter
  • Fuel pump
  • Fuel hose
  • Delivery pipe
  • Injectors
  • Pressure regulator


Untuk mengetahui masing-masing fungsinya, bisa anda simak pada artikel berikut 11 komponen sistem EFI beserta fungsinya.

Sekian artikel kali ini tentang materi sistem EFI, semoga bisa menambah wawasan kita semua.

Cara Kerja Sistem Starter Pada Mobil dan Motor

Sistem starter berfungsi sebagai sistem penyalaan mesin pada kendaraan. Sistem starter diperlukan bagi kendaraan karena mesin mobil atau motor tidak dapat hidup dengan sendirinya, melainkan perlu tenaga awal untuk memicu pembakaran pertama.

Secara umum, ada dua macam sistem starter yakni ;

  • Sistem starter mekanis, ini menggunakan tenaga manusia untuk memutar poros engkol mesin contohnya kick starter pada sepeda motor.
  • Sistem electric starter, kalau ini sudah menggunakan motor listrik untuk memutar poros engkol sehingga kita hanya menekan tombol start saja.

Sistem starter electric saat ini sudah hampir digunakan pada semua jenis kendaraan terutama mobil. Oleh sebab itu, di artikel ini kita hanya akan membahas cara kerja sistem starter electric pada kendaraan.

Prinsip Kerja Electric Starter


Sistem starter elektrik menggunakan bantuan motor listrik untuk memutar poros engkol. Prinsip kerjanya, sebuah motor listrik akan ditempatkan pada samping flywheel yang memiliki gerigi.

Lalu sebuah rangkaian kelistrikan akan dihubungkan dari aki ke motor starter. Sehingga, ketika rangkaian diaktifkan motor starter akan berputar dan memicu terjadinya pembakaran pertama pada mesin.

Komponen rangkaian starter elektrik



  1. Aki, berfungsi sebagai sumber arus listrik
  2. Relay, berfungsi untuk menjembatani arus dari baterai langsung ke motor tanpa melewati saklar
  3. Fuse, berfungsi sebagai pengaman rangkaian untuk menghindari kelebihan arus listrik
  4. Starter switch, berfungsi sebagai tombol untuk mengaktifkan rangkaian starter elektrik
  5. Solenoid starter/starter clutch, berfungsi untuk menghubungkan dan memutuskan roda gigi antara motor listrik dan flywheel.
  6. Motor starter, berfungsi sebagai pengubah energi listrik yang masuk ke energi rotasi menggunakan prinsip elektromagnetik.
lebih lengkap bisa anda simak 11 Komponen Motor Starter dan Fungsinya

Cara Kerja Rangkaian Starter Elektrik


Sistem starter elektrik tidak terus berputar, melainkan sistem ini otomatis berhenti saat mesin sudah hidup.

Oleh sebab itu, pada sistem starer terdapat starter clucth yang berfungsi untuk menghubungkan gigi starter saat akan memutar flywheel dan memutuskan perhubungan gigi starter saat mesin sudah berhasil hidup.

Bagaimana cara kerjanya ?

1. Dalam posisi Off (kunci kontak Off/On)

Pada saat rangkaian starter off, maka rangkaian kelistrikan akan terputus pada bagian relay. Saat ini, ada jalur kelistrikan dari aki, masuk menuju terminal 85 relay lalu keluar dari output 86 relay dan terhenti ke saklar tanpa sampai ke masa.

Akibatnya, aliran listrik tidak akan terjadi sehingga terminal 30 dan 87 pada relay tidak akan terhubung. Karena dua terminal ini tidak terhubung maka arus listrik dari aki tidak akan mengalir ke motor starter.

2. Saat kunci kontak diputar ke ST

Ketika kita memutar kunci ke ST, maka saklar akan menghubungkan arus listrik ke masa. Sehingga, akan ada aliran listrik dari aki, masuk ke terminal 85 relay, melewati coil didalam relay, keluar dari terminal 86 relay, menuju saklar dan sampai ke negatif aki.

Didalam relay, ada coil yang apabila dialiri listrik akan timbul gaya megnet. Kemagnetan ini, akan menarik plat logam yang terletak diatas coil. Saat plat tersebut tertarik hasilnya terminal 30 dan 87 relay akan terhubung.

Hal ini akan menimbulkan aliran listrik dijalur lain, jalurnya dari aki, masuk ke fuse, masuk ke terminal 30 relay, keluar dari terminal 87 relay, masuk ke starter clutch, dan sampai ke motor starter. Sehingga motor starter berputar.

Rangkaian kelistrikan didalam motor starter

Mungkin dibenak anda terlintas pertanyaan, bagaimana motor starter bisa memutar poros engkol ?

Pada motor starter, ada dua komponen utama yakni starter swicth dan motor listrik. Arus dari relay stater itu pertama kali masuk ke starter switch sebelum masuk ke motor.

Ada tiga terminal pada starter switch, yakni ;

  • Terminal 50, tempat masuknya arus listrik dari relay starter
  • Terminal 30, tempat masuknya arus besar tanpa relay langsung dari terminal positif aki
  • Terminal C, output arus dari starter switch yang terhubung ke motor starter.
dalam posisi mati
dalam posisi hidup

Arus dari relay starter pertama kali masuk ke terminal 50 starter switch, lalu arus listrik akan melewati pull in coil dan hold in coil. Dua buah coil ini akan menghasilkan kemagnetan yang kuat saat dialiri arus listrik, kemagnetan ini akan menggerakan inti besi didalam coil untuk menghubungkan gigi pinion starter agar terhubung ke flywheel.

Selain itu, gerakan inti besi ini juga akan menggerakan sebuah plat didalam starter swicth untuk menghubungkan terminal 50 dan terminal C.

Akibatnya, arus besar yang sudah stand by di terminal 30 akan langsung mengalir kedalam motor starter melewati terminal C. inilah yang membuat motor starter berputar.

3. Saat kunci pada posisi ON dan mesin hidup

Ketika mesin berhasil hidup, maka secara otomatis kita melepas tekanan pada tombol starter. Ini akan membuat arus di terminal 50 pada starter swicth menghilang karena relay starter terputus.

Akibatnya hold ini coil dan pull in coil juga kehilangan arus listrik, ini akan membuat inti besi kembali ke posisi sebelumnya.

Kembalinya inti besi didalam starter swicth akan membuat hubungan terminal 50 dan terminal C, selain itu kembalinya inti besi ini juga akan memutuskan hubungan antara pinion gear stater dengan flywheel. Sehingga meski flywheel berputar kencang, motor starter tidak akan terpengaruh.

Supaya lebih jelas lagi, anda bisa simak video animasi dibawah



Demikian artikel mengenai cara kerja sistem starter pada mobil dan sepeda motor. Semoga bisa menambah wawasan kita semua.

Sistem Pengisian Mobil - Pengertian, Cara Kerja dan Rangkaian

Mengapa lampu mobil bisa menyala terus ? karena dispulai oleh arus listrik. Tapi, dari mana sumber arus listrik mobil ?

Apakah dari baterai ? ternyata bukan.

Baterai atau aki merupakan komponen penyimpan arus listrik. Artinya, komponen ini hanya bersifat menyimpan listrik yang dihasilkan oleh komponen lain.

Komponen apakah itu ?

Jawabannya, sistem pengisian. Sistem pengisian ini menjadi sumber tenaga listrik untuk keberlangsungan semua sistem kelistrikan kendaraan. Lantas apa itu sistem pengisian dan cara kerja sistem pengisian ?

Pengertian dan Fungsi Sistem Pengisian

img by bosch-presse.de

Sistem pengisian adalah skema penghasil energi listrik yang disalurkan ke semua sistem kelistrikan kendaraan sebagai sumber arus serta melakukan pengisian terhadap daya baterai.

Sistem pengisian akan menghasilkan energi listrik selama mesin dihidupkan. Itu karena sistem pengisian menggunakan putaran mesin sebagai sumber tenaganya.

Listrik yang dihasilkan, akan langsung dipakai untuk menghidupkan lampu, klakson serta kelistrikan mesin.

Fungsi sistem pengisian ada dua yakni ;

  • Menyuplai kebutuhan listrik mobil ketika mesin hidup
  • Mengisi daya baterai yang terkuras saat proses starting

Prinsip Kerja Sistem Pengisian


Sistem pengisian bekerja dengan mengubah energi gerak (putaran mesin) menjadi energi listrik. Ini mirip dengan generator yang mengubah energi gerak menjadi energi listrik.

Untuk melakukan perubahan energi tersebut, sistem pengisian menggunakan komponen bernama altenator.

Altenator adalah komponen mirip seperti generator AC yang dapat melakukan perubahan energi gerak ke energi listrik menggunakan prinsip elektromagnetik.

Prinsip elektromagnetik ini mengacu pada hukum Faraday yang berbunyi ;

Ketika sebuah medan magnet berputar secara terus menerus memotong kumparan maka akan membangkitkan beda potensial pada kumparan tersebut.

Dari hukum diatas bisa disimpulkan arus listrik akan mengalir pada kumparan yang berpotongan dengan medan magnet.

Konstruksi dan Rangkaian Pengisian


Seperti yang kita singgung diatas, komponen utama sistem pengisian ada pada altenator. Didalam altenator sendiri terdapat dua komponen utama yakni


  • Rotor coil, merupakan kumparan berputar yang menghasilkan medan magnet.
  • Stator coil, merupakan kumparan diam yang terletak disekitar rotot berfungsi untuk menangkap medan magnet yang berpotongan.


Cara kerjanya, rotor akan berputar didalam stator. Karena rotor ini memiliki medan magnet, maka putaran rotor akan menimbulkan perpotongan garis gaya magnet yang memicu terjadinya aliran listrik pada stator.

Siapa yang menggerakan rotor ?

Crankshaft mesin menjadi sumber tenaga dari rotor. Pada altenator, rotor akan terhubung dengan sebuah pulley, dan pulley ini akan dihubungkan ke crankshaft mengunakan V belt.

Besar kecilnya aliran listrik (tegangan) ini berbanding lurus dengan RPM rotor.

Artinya, apabila mesin bekerja pada RPM tinggi maka perpotongan antara rotor dan stator akan semakin cepat, sehingga meningkatkan tegangan yang dihasilkan.

Sementara itu, kelistrikan mesin dibatasi hanya 12 Volt.

Oleh sebab itu, arus dari altenator tidak secara langsung dihubungkan ke beban kelistrikan mobil.


1. Pertama arus akan disearahkan

Karena kelistrikan mobil menggunakan arus DC, maka arus dari altenator yang memiliki arus AC harus disearahkan terlebih dahulu.

Rectifier berfungsi untuk menyearahkan arus AC menjadi DC. Cara kerja rectifier ini adalah dengan memanfaatkan dioda untuk memblok aliran listrik kesalah satu arah.

Sehingga arus hanya mengalir satu arah (DC).

2. Tegangan listrik dari altenator akan diregulasi

Ini dia komponen yang mencegah terjadinya overvoltage pada kelistrikan mobil. Regulator adalah komponen yang bisa menahan tegangan listrik dari altenator agar tidak berlebihan.

Tegangan maksimal pengisian listrik umumnya ada di angka 14 Volt.

Cara kerjanya, ketika RPM mesin naik hingga sekitar 2.000 RPM, maka akan ada penambahan tegangan pengisian. Regulator akan mengurangi medan magnet pada rotor.

Sehingga peningkatan tegangan output pengisian tidak terlalu signifikan sekitar 13 - 14 Volt saja.

Namun apabila RPM mesin tinggi, tegangan pengisian yang dihasilkan bisa melebihi 15 V sehingga regulator akan menghentikan kemagnetan pada rotor hingga RPM mesin turun.

Bagaimana bisa regulator mengatur kemagnetan pada rotor ?

Ini ada pada internal regulator, ada yang menggunakan kontak point (regulator konvensional) dan ada pula yang menggunakan IC regulator.

Setelah arus listrik pengisian melewati regulator, maka selanjutnya listrik ini bisa langsung disalurkan ke baterai dan ke sistem kelistrikan mobil.

Komponen Sistem Pengisian


Total ada sekitar 6 komponen pada sistem pengapian yang terdiri dari :

  • Kunci kontak untuk mengaktifkan medan magnet pada rotor coil
  • Altenator untuk mengubah energi
  • Rectifier untuk menyearahkan arus listrik
  • Regulator sebagai pengatur tegangan pengisian
  • Aki/baterai sebagai penyimpan listrik
  • Wiring sebagai pengalir arus listrik pada sistem pengisian


Demikian artikel mengenai skema rangkaian sistem pengapian semoga bisa menambah wawasan kita semua.

Sistem Kelistrikan Mesin - Pengertian, Rangkaian, dan Jenis - Jenisnya

Seperti yang kita tahu, sebuah mobil itu bukan hanya soal mesin dan chasis. Tapi juga ada kelistrikannya. Contoh yang paling mudah ada pada lampu atau penerangan.

Namun, apa sistem kelistrikan hanya ada pada penerangan mobil ? tentu tidak. Mesin sendiri, memiliki sistem kelistrikan tersendiri yang kita sebut dengan sistem kelistrikan mesin. Lantas apa bagaimana rangkaiannya ?

Pengertian Sistem Kelistrikan Mesin


Sistem kelustrikan mesin adalah rangkaian energi listrik yang dibuat untuk membantu menghidupkan mesin dan mempertahankan proses kerja mesin secara efisien.

Dengan kata lain, dengan adanya kelistrikan pada mesin maka sebuah mesin bisa hidup (menghasilkan putaran) dengan lembut dan berkelanjutan.

Contohnya ada pada busi, busi merupakan komponen untuk memercikan api agar pembakaran mesin bisa terjadi.

Dari mana asal api busi ? tentu dari rangkaian sistem kelistrikan yang ada pada mesin.

Secara umum, sistem kelistrikan mesin dikelompokan menjadi dua tipe, yakni ;

  • Sistem kelistrikan mesin konvensional yang terdiri dari ; sistem pengapian, sistem starter, sistem pengisian.
  • Sistem kelistrikan mesin modern seperti ; sistem efi, sistem commonrail.

1. Sistem pengapian



Sistem pengapian (ignition system) merupakan rangkaian kelistrikan pada mesin yang digunakan untuk memantik gas didalam ruang bakar agar terjadi pembakaran.

Sistem pengapian menggunakan metode perubahan energi listrik menjadi api. Prinsip kerjanya dengan meloncatkan sejumlah elektron melewati sebuah celah udara yang memiliki beda potensial sangat tinggi.

Sehingga, loncatan elektron dengan volume besar tersebut akan membentuk sebuah percikan api.

Sistem pengapian sendiri memiliki berbagai jenis, ada pengapian konvensional dan ada juga pengapian elektronik. Selengkapnya, bisa anda simak materi berikut ; Jenis - jenis sistem pengapian dan rangkaian.

2. Sistem electric starter


Sistem starter adalah sebuah mekanisme yang memicu terjadinya pembakaran mesin untuk yang pertama kali dengan memberi putaran pada poros engkol.

Sistem starter bekerja dengan mengubah energi listrik ke energi gerak melalui serangkaian proses elektromagnetik.

Dengan kata lain sistem starter memanfaatkan sebuah motor listrik yang ditempatkan didekat flywheel, saat kita tekan tombol start maka motor tersebut akan memutar flywheel dan mesin bisa hidup.

Selengkapnya, bisa anda teruskan pada artikel ; Cara kerja sistem starter.

3. Sistem pengisian


Sistem pengisian (charging system) merupakan sebuah mekanisme pengisian daya baterai untuk memastikan keberlangsungan siklus kelistrikan pada mobil.

Dengan kata lain, sistem pengisian menjadi bagian utama yang menyediakan sumber listrik untuk semua sistem kelistrikan pada mobil.

Sementara baterai hanya bersifat sementara, yang dapat menyimpan cadangan listrik dan menyalurkannya saat sistem pengisian masih non-aktif.

Prinsip kerja sistem pengisian adalah mengubah energi gerak menjadi energi listrik menggunakan gaya elektromagnetik. Ini hampir sama dengan sistem starter hanya arah perubahan energinya berkebalikan.

Selengkapnya simak artikel berikut ; Rangkaian dan cara kerja sistem pengisian

4. Sistem EFI



Sistem EFI (electronic fuel injection) adalah sistem injeksi bahan bakar elektronik yang menggantikan fungsi karburator.

Sistem EFI memang tidak murni masuk ke dalam sistem kelistrikan mesin, karena pada dasarnya ini adalah skema yang mengatur aliran bahan bakar. Namun karena menggunakan energi listrik dalam operasionalnya maka masuk juga ke dalam sistem kelistrikan.

Sistem efi bekerja dengan menyalurkan bensin dari tanki langsung didepan katup intake melalui sebuah injector. Banyak sedikitnya bensin yang keluar dari injector sangat dipengaruhi oleh ECU.

Itu karena kapan injektor membuka dan berapa lama injektor membuka diatur oleh ECU. Sementara ECU mengatur kinerja injector dengan patokan data-data dari berbagai sensor.

Selengkapnya bisa simak ;



5. Common rail



Sistem common rail adalah sistem injeksi bahan bakar elektronik pada mesin diesel. Secara umum, baik sistem EFI dan common rail tidak memiliki perbedaan pola.

Keduanya sama-sama mengatur volume bahan bakar yang akan dimasukan ke mesin dengan melakukan serangkaian perhitungan dari berbagai macam sensor.

Hanya saja, perbedaan EFI dan Common rail ada pada hardware atau komponen sistem bahan bakar masing-masing.

Untuk lebih jelas simak ; Pengertian dan Cara kerja sistem common rail pada mesin diesel.

6. Glow plug system


img by soggers.ca

Sistem glow plug atau busi pijar adalah skema tambahan pada mesin diesel yang digunakan untuk menaikan temperature ruang bakar saat terdeteksi suhu mesin dingin (cold start).

Sistem ini menggunakan prinsip perubahan energi dari listrik menjadi panas. Mirip perebus air elektrik, glow plug memanfaatkan kawat yang apabila dialiri arus listrik akan membara dan panas.

Panas yang terbentuk pada kawat ini akan menaikan suhu ruang bakar pada mesin diesel. Sehingga mesin bisa melakukan start dingin.

Sekian materi hari ini tentang komponen dan rangkaian sistem kelistrikan mesin. Semoga bisa menambah wawasan kita.

5 Komponen Sistem Pengisian Sepeda Motor + Fungsinya

Sistem pengisian pada dasarnya bekerja dengan mengubah gerakan putar dari mesin menjadi energi listrik. Komponen yang mengubah energi tersebut disebut altenator atau pada motor lebih dikenal dengan sebutan spull. Selengkapnya bisa baca cara kerja sistem pengisian motor.

Tapi apakah komponennya hanya sebatas spull ?

Tentu tidak, sama halnya dengan pengisian mobil. Sistem pengisian pada sepeda motor juga terdiri dari banyak komponen yang bekerja sama agar kebutuhan listrik pada motor dapat terpenuhi secara berkelanjutan.

Lalu apa saja komponen pada pengisian sepeda motor ? mari kita bahas secara rinci.

Nama Komponen Pengisian Sepeda Motor dan Fungsinya


1. Spul/Stator coil

Spull atau stator coil adalah kumparan statis yang berfungsi sebagai penghantar. Penghantar ini akan dialiri arus listrik saat perpotongan gaya magnet terjadi.

Dalam melakukan perubahan energi putar ke energi listrik, dilakukan dengan menggerakan gaya magnet disekitar penghantar. Gerakan tersebut akan menghasilkan perpotongan gaya magnet yang dapat memicu aliran listrik.

Ada dua komponen utama yakni penyedia medan magnet dan penghantar, stator coil berperan sebagai penghantar.

Bentuk spull pada motor bada didalam magnetic rotor (seperti pada gambar). desain seperti ini memungkinkan pemakaian ruang lebih minimalis sehingga cocok untuk motor yang memiliki ruang terbatas.

2. Rotor magnet


Apabila stator berfungsi sebagai penghantar, maka rotor berfungsi sebagai penyedia medan magnet.  Medan magnet pada rotor, akan memotong (menyentuh) bagian stator coil

Ketika mesin diengkol, otomatis poros engkol akan berputar dan karena rotor ini terletak pada ujung poros engkol maka rotor juga akan berputar. Putaran rotor ini akan menggerakan garis gaya magnet yang sebelumnya ada. Pergerakan inilah yang menimbulkan perpotongan garis gaya magnet.

Tapi ada perbedaan pada rotor mobil dan motor, rotor pada pengapian mobil terbuat dari kumparan listrik yang akan menghasilkan medan magnet saat dialiri listrik pemicu. Namun pada motor, bentuk rotor nampak seperti tromol yang dilengkapi magnet permanent.

Sehingga rotor pada pengisian motor tidak lagi memerlukan arus pemicu, hal ini pula yang menyebabkan tanpa aki pun motor masih bisa dihidupkan.

Baca pula ; komponen sistem pengisian pada mobil

3. Regulator/Kiprok



Kiprok adalah komponen yang berfungsi untuk meregulasi arus pengisian yang dihasilkan oleh spul. Sama kasusnya seperti pengisian mobil, ketika RPM mesin tinggi otomatis putaran rotor semakin cepat sehingga tegangan yang dihasilkan saat pengisian juga semakin besar.

Kalau tegangan besar ini dihubungkan ke kelistrikan kendaraan, resikonya terbakar karena diluar dari kapasitas tegangan yang disiapkan. Oleh karena itu regulator atau kiprok dipakai agar tidak terjadi overcharge.

Pada sepeda motor, regulator ini juga dilengkapi dengan satu set rectifier. Rectifier adalah serangkaian dioda yang disusun sedemikian rupa untuk menyearahkan arus listrik dari spul.

Ini karena arus pengisian yang dihasilkan spul itu masih dalam bentuk bolak-balik (AC). Namun kelistrikan motor menggunakan arus DC. Jadi perlu disearahkan menggunakan dioda.

4. Aki

Fungsi aki hanyalah sebagai penyimpan arus listrik yang dihasilkan oleh spul. Pada sepeda motor karburator, aki tidak memiliki peranan cukup penting. Karena fungsinya hanya terlihat ketika proses starting engine.

Selebihnya, ketika sepeda motor hidup aki tidak lagi diperlukan karena kebutuhan arus listrik sudah dipenuhi oleh sistem pengisian.

Namun pada motor injeksi, aki menjadi komponen cukup penting. Selain sebagai penyedia arus ECU, aki juga berperan sebagai stabilizer tegangan. Sehingga tegangan yang masuk ke ECU tetap konstan.

5. Wire (kabel)

Kabel merupakan komponen yang selalu ada pada rangkaian kelistrikan baik pada motor ataupun mobil. Termasuk pada sistem pengisian, ada banyak kabel yang diperlukan. Biasanya untuk membedakan jenis kabel satu dengan yang lain digunakan perbedaan warna kabel.

Untuk arus positif biasanya menggunakan kabel merah, sementara kabel masa menggunakan kabel hitam. Kalau kabel ke lampu atau beban yang lain bisa kuning atau hijau tergantung jenis motor yang dipakai.

Rangkaian Sistem Pengisian Pada Sepeda Motor


Dari komponen-komponen diatas, apabila disatukan maka akan membentuk diagram setidaknya seperti ini ;



Demikian artikel lengkap dan jelas mengenai komponen sistem pengisian sepeda motor dan fungsinya. Semoga bisa menambah wawasan kita semua.