4 Jenis Batubara Beserta Karakteristiknya

Batubara yang dipakai sebagai bahan bakar alternatif pada industri, ternyata memiliki klasifikasinya sendiri. Setiap jenis batubara memiliki kualitas dan karakteristik yang berbeda-beda.

Lalu apa saja jenis batubara yang ada ? simak artikelnya dibawah.

Batubara adalah batuan yang terbentuk dari material organik yang tertimbun selama jutaan tahun. Batuan ini memiliki sifat mudah terbakar karena memiliki kandungan hidrokarbon. Namun selain hidrokarbon, batubara juga memiliki kandungan lainnya seperti sulfur dan air.

Komposisi kandungan itulah yang membedakan tiap kualitas batubara.

Secara umum, ada 4 jenis batubara


1. Lignite

Lignite atau batubara-cokelat adalah jenis batubara muda yang baru tebentuk. Dikatakan batubara muda karena lignite merupakan bentuk pertama dari proses coalifaction dari gambut menjadi batubara.

Menurut penelitian, lignite tebentuk sejak 251 juta tahun yang lalu. Atau dengan kata lain, material yang membentuk berasal dari zaman Mesozoic dan Cenozoic.

Karakteristik lignite, antara lain ;

  • Berwarna cokelat
  • Memiliki energi yang sedikit (sekitar 10 - 20 MJ/Kg)
  • Memiliki banyak bahan pengotor (Sampai 40 - 75% bahan pengotor)
  • Kandungan unsur karbon hanya 60 sampai 70%
  • Dan mengandung sekitar 9 - 19% debu

Karena tingkat efisiensinya yang sangat rendah, lignite tidak dipasarkan secara luas untuk kebutuhan transportasi atau industri. Lignit biasanya dipakai sebagai bahan bakar PLTU (pembangkit listrik tenaga uap).

2. Sub-bituminous


Sub-bituminous merupakan jenis batubara yang sedikit lebih tua dari lignite namun masih sedikit lunak. Sehingga belum bisa disebut batubara sempurna. Sub-bituminous memiliki warna cokelat kehitaman dengan kadar air yang masih tinggi namun lebih rendah dibandingkan lignite.

Jenis batubara ini hanya memiliki 40 - 60 % karbon dan kandungan energinya 19 - 26 MJ/Kg. Meskipun memiliki sedikit karbon, sub-bituminous memiliki tekstur lebih padat daripada lignite sehingga berat jenisnya juga lebih berat dibandingkan lignite. Hal itulah yang menyebabkan sub-bituminous memiliki energi lebih banyak.

Sub-bituminous juga banyak digunakan pada PLTU.

3. Bituminous coal

Bituminous coal adalah jenis batubara berwarna hitam yang paling banyak digunakan pada industri dan PLTU. Jenis batubara ini memiliki kualitas jauh lebih baik dari lignite.

Batubara ini terbentuk dari jenis sebelumnya, yakni sub-bituminous coal yang semakin dalam dan semakin lama tertimbun, sehingga tekstur batubara menjadi keras dan warnanya menjadi lebih hitam.

Kandungan karbonya sendiri mencapai 80% dari total beratnya, selain karbon bituminous coal juga terususun dari material hidrogen, sulfur, nitrogen dan air.

Karakteristik bituminous coal antara lain ;

  • Fixed karbon sekitar 60 - 80%
  • Kandungan debu sekitar 6 - 12 %
  • Energi yang dihasilkan mencapai 35 MJ/Kg


Batubara jenis ini juga dibedakan menjadi beberapa tingkatan, seperti Low volatile, medium volatile, high volatile A, B dan C. Volatile content adalah zat penyususn batubara yang mudah menguap saat dipanaskan pada suhu tertentu.

Semakin rendah volatile contennya, maka kualitas batubara semakin baik. Yang membedakan volatile content batubara, adalah faktor pembentukan batubara itu sendiri. Bisa dari material dasarnya, formasi pembentukan batubara dan kondisi geologi sekitar pembentukan batubara.

4. Antrasit

Batubara antrasit adalah jenis batubara keras yang berwarna hitam mengkilat, secara fisik memang hampir sama seperti bitumonous coal tapi antrasit memiliki tekstur lebih padat, mengkilat dan lebih sedikit debunya.

Secara umum, antrasit adalah jenis batubara dengan grade tertinggi karena dari semua jenis batubara tipe inilah yang memiliki kandungan carbon yang paling banyak, sehingga energi yang dihasilkan juga jauh lebih banyak dari jenis bituminous coal.

Karekteristik antrasit antara lain ;

  • Berwarna hitam pekat
  • Kandungan fixed karbon diatas 80%
  • Sedikit mengandung bahan pengotor
  • Energi yang dihasilkan diatas 35 MJ/Kg
  • Lebih sulit terbakar
  • Asap pembakaran cenderung lebih bersih


Meski ini merupakan grade batubara terbaik, penggunaan antrasit pada skala industri cukup jarang. Hal itu dikarenakan jumlah antrasit pada alam itu lebih sedikit dan biaya produksi yang mahal sehingga harganya juga akan sangat mahal.