Begini Proses Terjadinya Hujan

Sebagai negara tropis, hujan sudah menjadi fenomena yang wajar di negara kita. Tapi pertanyaanya, apa anda tahu bagaimana hujan ini dapat terjadi ?

Tenyata, dibalik hujan ada proses yang rumit, yang tentunya menarik untuk kita pelajari.


Hujan sendiri, ternyata salah satu tahapan dari siklus air di bumi ini. Air yang kita pakai untuk minum dan mandi itu tidak diam disatu tempat saja tapi mengalami perpindahan.

Contohnya, kita minum dari air pdam. Air ini sumbernya dari gunung yang lebih tinggi dari rumah kita. Logikanya, kalau air dari gunung terus di distribusikan ke bawah lama-lama habis dong air digunungnya. Tapi kenyataannya, air di gunung selalu ada. Ternyata air ini mengalami siklus yang membuat air dari laut atau danau bisa balik ke gunung melalui hujan atau kabut. Siklus ini kita kenal sebagai siklus air.

Ada 4 tahapan supaya siklus air bisa terjadi

Evaporasi, atau penguapan air.

Kondensasi atau pengembunan air

Adveksi, atau pergerakan awan

Presipitasi, atau tetesan air yang kita kenal sebagai hujan.

Jadi secara sederhana, siklus ini terjadi ketika air dari permukaan bumi menguap, air yang menguap ini kemudian mengalami kondensasi di atmosfer sehingga membentuk awan. Awan ini terbawa oleh angin ke daerah pegunungan, Saat kondisi awan sudah jenuh, air yang merupakan isi dari awan jatuh ke permukaan bumi dalam bentuk hujan.

Nah selanjutnya, kita akan mendalami tahapan-tahapan dalam siklus hujan secara lebih rinci.

1. Tahap pertama adalah evaporasi.

Secara sederhana, evaporasi adalah proses menguapnya air yang ada dipermukaan bumi. Penguapan ini terjadi karena panas yang dipancarkan oleh sinar matahari.

Saat terjadi penguapan, air yang ada pada permukaan laut atau danau berubah bentuk menjadi uap. Secara alami, uap air bersuhu lebih tinggi ini akan bergerak naik sampai pada ketinggian tertentu.

Jadi pada tahap ini, syarat yang diperlukan adalah panas matahari. Panas matahari ini memiliki dua peran penting, pertama mengubah air menjadi uap melalui proses pemanasan, kedua membuat uap air bergerak naik dengan memanaskan udara disekitar uap air.

2. Tahap kedua adalah tahap kondensasi

Secara sederhana, kondensasi berarti pengembunan yang mengubah uap air menjadi tetesan cair. Tetesan cair ini tidak berbentuk seperti cairan, tapi embun mikro seperti kabut, yang mengambang di langit. Kumpulan embun mikro ini selanjutnya kita sebut sebagai awan.

Tapi pertanyaannya, mengapa uap air bisa mengalami pengembunan ?

Itu terjadi karena saat uap air berada di wilayah bersuhu rendah, suhu uap air akan turun dan wujudnya kembali menjadi cair. Pengembunan ini terjadi di langit, karena semakin tinggi tempatnya, maka suhunya semakin rendah. Dengan kata lain, setelah air mengalami evaporasi, pada ketinggian tertentu uap tersebut mengalami proses pendinginan yang mengubah bentuknya kembali menjadi cair.

Lalu mungkin hal yang masih janggal, mengapa tetesan cair itu tidak jatuh setelah terjadi pengembunan ?

Ternyata, ada dua faktor

Pertama, ukuran tetesan cair ini sangat kecil seperti debu. Kalau anda pernah melihat pancaran matahari yang masuk ke jendela. Anda akan melihat debu-debu beterbangan tanpa terpengaruh gaya gravitasi. Awan juga begitu, tetesan cair pembentuk awan ukurannya sangat kecil sehingga mampu mengambang di udara.

Faktor kedua, adanya gerakan vertikal ke atas. Gerakan yang dimaksud adalah udara yang bergerak naik karena terpengaruh panas matahari. Jadi, saat matahari terik, suhu udara juga naik. Secara alami, udara akan bergerak ke area yang suhunya lebih rendah. Salah satu area yang memiliki suhu lebih rendah itu daerah yang lebih tinggi. sehingga udara akan bergerak naik yang juga membantu menahan awan agar tidak jatuh.

3. Tahap ketiga adalah adveksi

Pada tahap ini, awan-awan yang terbentuk karena kondensasi uap air, bergerak. Angin adalah pengaruh paling signifikan yang menyebabkan awan dapat bergerak. Umumnya, awan bergerak ke daerah yang memiliki tekanan udara lebih rendah seperti di pegunungan. Sehingga, awan yang biasanya terbentuk di daerah lautan bergerak ke arah pegungungan. Dan ini juga menjadi alasan mengapa daerah pegunungan itu lebih sering hujan.

Namun, adveksi kadang juga tidak terjadi pada siklus hujan. Bisa saja, sebelum awan bergerak ke daerah bertekanan rendah, awan tersebut sudah jenuh akibatnya hujan turun di daerah pesisir pantai atau bahkan hujan langsung terjadi di daerah laut.

4. Tahap terakhir adalah presipitasi

Saat uap air mengalami pendinginan di atmosfer, awan akan terbentuk. Awan ini selanjutnya menjadi zona dingin, sehingga dapat menarik uap air disekitarnya. Akibatnya, awan menjadi semakin besar dan ukuran tetesan cair awan juga semakin membesar. Ketika ukuran tetes cair awan semakin besar, tetesan tersebut juga bertambah berat. Akibatnya, tetes cair yang awalnya mengambang diudara, jatuh ke permukaan bumi.

Tetesan air yang jatuh ini selanjutnya kita sebut sebagai presipitasi atau hujan.

Jadi dari penjelasan diatas, bisa kita tarik kesimpulan.

Pertama, awan dapat terbentuk karena proses kondensasi air yang menguap di siang hari. Namun, tidak semua awan menjadi hujan, karena hujan hanya terjadi ketika ukuran tetesan air mencapai 0.5 milimeter.

Kedua, alasan mengapa hujan lebih sering turun di dataran tinggi. itu disebabkan karena tekanan udara di daerah pegunungan lebih rendah, sehingga awan-awan dari segala arah bergerak ke area pegunungan.

Ketiga, hujan adalah fenomena yang sangat penting. Karena berkat hujan, air dapat bersirkulasi dari dataran tinggi ke dataran rendah dan dibalikan lagi ke dataran tinggi. tanpa adanya hujan, air akan menggenang di dataran rendah akibatnya, daerah dataran rendah berpotensi banjir dan dataran tinggi berpotensi kekeringan.