Showing posts with label Sistem Pengapian. Show all posts

Cara Kerja Sistem Pengapian Konvensional + Rangkaiannya

Sistem pengapian adalah rangkaian kelistrikan didalam mesin yang berfungsi mengubah listrik menjadi percikan bunga api untuk kemudian digunakan saat proses pembakaran.

Kita mengenal busi sebagai komponen yang memercikan bunga api, tapi busi tersebut sebenarnya hanya konduktor. Sementara untuk memperoleh percikan api, maka perlu dibuat rangkaian penguat tegangan yang kemudian disebut sistem pengapian.

Secara singkat, ada 4 macam sistem pengapian yang paling populer yakni ;



Yang paling banyak digunakan adalah nomor 2 dan 4. Karena CDI digunakan hampir pada semua sepeda motor silinder tunggal sementara DLI digunakan pada hampir semua mobil berteknologi injeksi.

Namun dari keempat jenis pengapian diatas, semuanya berawal dari sistem pengapian konvensional. Karena prinsip kerja penguat tegangan didalam sistem pengapian, itu paling bisa dipahami pada jenis pengapian konvensional.

Oleh sebab itu, diartikel ini akan kita ulas secara detail skema dan cara kerja sistem pengapian konvensional.

Rangkaian Pengapian Konvensional Mesin 4 Silinder


Sebelum kita mengulas bagaimana proses kerjanya, terlebih dahulu anda harus memahami bagian-bagian penting pada sistem pengapian konvensional.

Disini menekankan pada dua komponen, yakni

  • Ignition coil
  • Breaker point/platina


1. Ignition coil

Ignition coil adalah komponen yang berfungsi menguatkan atau menaikan tegangan primer aki dari 12 Volt menjadi 20 KV. Prinsip kerja ignition coil, itu mirip trafo step up. Dimana ada dua lilitan, lilitan sekunder lebih banyak dibandingkan lilitan primer. Sehingga tegangan sekunder lebih besar.

Tapi perbedaannya, ada pada penempatan lilitan. Pada ignition coil, lilitan sekunder terletak didalam lilitan primer. Peletakan ini, disesuaikan dengan kebutuhan pada sistem pengapian yang hanya membutuhkan tegangan tinggi pada satu waktu, jadi tipikal ignition coil dapat menaikan tegangan dengan durasi kurang dari satu detik.

Lalu bagaimana caranya ? nanti kita bahas dibawah.

2. breaker point



Beberapa orang lebih menyebutnya platina, fungsinya sebagai pemutus arus primer dari coil. Mengapa harus diputus ? ini berhubungan dengan desain ignition coil.

Saat arus listrik melewati lilitan, maka akan terbentuk medan magnet dengan arah tertentu. Saat arus listrik tersebut diputus secara tiba-tiba, maka akan terjadi efek close wave. Yakni dimana medan medan magnet yang sebelumnya terbentuk pada sekitar lilitan bergerak secara cepat ke inti lilitan.

Hal diatas, diaplikasikan pada coil. Saat arus pada lilitan primer diputus secara tiba-tiba, maka medan magnet akan bergerak kearah dalam secara cepat. sementara itu, didalam lilitan primer terdapat lilitan sekunder, sehingga gerakan medan magnet tersebut akan menginduksi lilitan sekunder.

Hasilnya, tegangan akan naik karena jumlah lilitan pada lilitan sekunder lebih banyak.

Lalu bagaimana cara pemutusan arus pada breaker point ?

Ini menggunakan mekanisme cam, seperti gambar yang ditujukan diatas. Breaker point terdiri dari sebuah lengan, kaki kecil yang terhubung ke camshaft, lalu ada contact point diujungnya.

Saat camshaft berputar, maka nok juga akan berputar. Saat nok ini menyentuh kaki platina, otomatis contact point akan terangkat/ada celah. Sehingga arus pada lilitan primer terputus.

Sekarang mari kita pelajari proses lengkap sistem pengapian konvensional dari mesin mati hingga mesin menyala.

Cara Kerja Sistem Pengapian Konvensional


1. Saat kunci kontak ON

Saat kunci dimasukan kemudian diputar pada posisi ON, maka arus dari baterai mengalir melalui fuse, relay, dan masuk ke dalam ignition coil.

Arus listrik ini, akan mengaliri kedua lilitan baik lilitan primer maupun sekunder.

Output dari coil, ada dua yakni output lilitan primer dan sekunder. Output lilitan primer mengalir ke breaker point sementara output lilitan sekunder mengalir ke busi.

Pada tahap ini, sudah terbentuk medan magnet pada lilitan primer ignition coil. Tapi karena platina belum bergerak, dengan kata lain belum ada pemutusan arus maka tidak ada pergerakan medan magnet. Sehingga percikan api belum terbentuk.

2. Saat starter

Saat anda memutar kunci ke posisi ST, maka motor starter akan bekerja. Ini memicu poros engkol berputar, dan karena camshaft pada platina terhubung ke poros engkol mesin maka saat poros engkol berputar, camshaft juga berputar.


Disinilah pemutusan arus terjadi, ketika cam menyentuh kaki platina maka platina akan membuka/contact point tidak menempel. Sehingga arus primer coil akan terputus secara tiba-tiba. Hal itu akan memicu close wave yang bergerak ke arah lilitan sekunder.

Sehingga tegangan pada lilitan sekunder naik hingga 20 KV dengan interval sangat singkat. Ketika cam menjauhi kaki platina, maka contact point akan kembali menutup/menempel. Sehingga arus lilitan primer coil kembali tersambung. Ini menyebabkan medan magnet pada lilitan primer kembali terbentuk, dan saat cam kembali menyentuh kaki platina maka pemutusan arus akan terjadi dan induksi pada lilitan sekunder kembali terjadi.

Siklus diatas akan berulang terus menerus selama kunci kontak masih ON.

Bagaimana listrik tegangan tinggi menjadi percikan api ?

Mungkin beberapa dari anda ada yang masih bingung, output sistem pengapian itu hanya listrik bertegangan tinggi. Tapi mengapa sampai diujung busi, bentuknya berubah menjadi percikan api ?

Percikan api pada ujung busi tersebut sebenarnya wujud dari elektron yang loncat dari elektroda busi (kutub positif) ke ground (kutub negatif), memang elektron ini tidak terlihat tapi kalau tegangannya sangat tinggi maka elektron mampu loncat pada celah sempit.

apabila anda mendekatkan sumber arus (tegangan tinggi misal 220 V) pada masa, maka sebelum sumber arus tersebut menempel akan ada pecikan. Konstruksi busi pun demikian, dimana ada celah antara elektroda dan masa. Sehingga ketika ada listrik bertegangan tinggi pada elektoda busi, percikan api dapat terbentuk.

Bagaimana dengan timming pengapian ?

Satu lagi mengenai timming pengapian, kalau kita memahami siklus pengapian konvensional diatas maka kita dapat menarik kesimpulan bahwa yang menentukan timming atau yang menentukan kapan busi mengeluarkan api itu ada pada saat pembukaan platina.

Dan yang mempengaruhi pembukaan platina, adalah nok. Sehingga timming ini dipengaruhi oleh sudut nok terhadap sudut kaki platina.

4 Gambar Rangkaian Sistem Pengapian (Konvensional – CDI – Elektronik)

Seperti yang sudah kita bahas pada artikel sebelumnya, yang berjudul pengertian dan fungsi sistem pengapian bahwa sistem pengapian pada dasarnya hanya mengubah energi listrik menjadi percikan api.

Percikan api ini diperoleh dari loncatan elektron pada sebuah konduktor yang memiliki beda potensial yang tinggi.

Untuk memperoleh beda potensial yang tinggi, maka tegangan yang mengaliri konduktor tersebut haruslah memiliki tegangan yang super tinggi.

Sementara itu, tegangan listrik pada kendaraan maksimal hanya 12 V. Lantas, bagaimana cara mendapatkan listrik bertegangan tinggi ini ?

Ignition Coil Berperan Dalam Peningkatan Tegangan

Pada sistem pengapian, ada satu komponen yang cukup vital yakni ignition coil. Dari komponen ini pula, proses percikan api dapat berlangsung.

Cara kerja ignition coil mirip seperti trafo step up, dimana ada dua buah kumparan yang memiliki jumlah lilitan berbeda. Agar tegangan naik, maka lilitan kumparan sekunder harus lebih banyak dibandingkan kumparan primer.

Namun, ada perbedaan pada sistem induksinya. Kalau trafo step up, itu menaikan tegangan listrik secara konstan. Sementara pada sistem pengapian, busi itu hanya menyala satu kali dalam satu siklus. Artinya induksi pada ignition coil berlangsung secara interval.

Konstruksi Ignition Coil

Induksi pada coil, akan berlangsung justru ketika arus pada kumparan primer dilenyapkan (hilang). Terlihat pada gambar, kalau kumparan sekunder itu letaknya didalam kumparan primer.


Sehingga ketika arus pada kumparan primer tiba-tiba dihilangkan akan membuat pergerakan garis gaya magnet ke arah dalam. Gerakan ini akan mengenai kumparan sekunder yang tetap mendapatkan arus, sehingga tegangan pada kumparan sekunder bisa naik.

Baca pula ; Prinsip kerja sistem pengapian pada mobil

Rangkaian sistem pengapian pada mesin bensin


1. Rangkaian Pengapian Konvensional

Sistem pengapian konvensional, menggunakan kontak mekanis sebagai pemutus arus primer. Kontak ini, digerakan secara langsung oleh poros engkol mesin. Sehingga interval pemutusan arus primer coil bisa berlangsung mengikuti RPM mesin.

Untuk lebih jelas dan lengkap bisa anda baca ; komponen dancara kerja sistem pengapian konvensional.

2. Rangkaian pengapian transistor


Untuk pengapian transistor, menggunakan komponen transistor sebagai pemutus arus primer coil. Transistor sendiri adalah komponen elektronika yang memiliki sifat semi-konduktor. Kalau kaki basis diberi arus maka transistor berfungsi sebagai konduktor. Namun kalau arus pada basis dihentikan maka transistor menjadi isolator.

Komponen tambahan yang mengatur suplai arus ke basis disebut pick up coil yang memotong gerakan poros engkol, sehingga intervalnya menyesuaikan RPM mesin. Karena banyak menggunakan komponen elektronika maka pengapian ini juga sering disebut sebagai pengapian elektronik.

Untuk lebih jelas, silahkan klik Komponen dan cara kerjapengapian transistor.

3. Rangkaian pengapian DLI

img by ebscohost.com

DLI adalah singkatan dari distributor less ignition, yang artinya pengapian ini tidak memilik distributor untuk membagikan listrik bertegangan tinggi ke masing-masing busi.

Namun sistem ini, menggunakan satu coil untuk satu busi. Sehingga arus tegangan tinggi dari coil bisa langsung disalurkan ke busi tanpa melewati kabel busi tegangan tinggi dan juga distributor.

Selengkapnya sudah dibahas pada artikel berikut Komponen dancara kerja pengapian DLI

4. Pengapian CDI (sepeda motor)

Untuk motor, ada sedikit perbedaan. Kalau ketiga pengapian diatas, umumnya menggunakan pemutusan arus ketika melakukan induksi. Namun pada pengapian CDI, induksi pada coil terjadi saat ada arus besar yang mengaliri kumparan primer dengan waktu singkat.

Capasitor menjadi komponen yang akan menyalurkan arus besar tesebut sesuai timming pengapian mesin.

Untuk lebih jelas dan lengkap, bisa anda lanjutkan pada Komponen dan cara kerja pengapian CDI pada sepeda motor.

Demikian artikel mengenai gambar skema pengapian pada mobil dan motor, semoga bisa menambah wawasan kita.

Sistem Pengapian - Pengertian, Fungsi dan Prinsip Kerjanya

Pernahkan terlintas dibenak anda, mengapa busi pada mobil itu bisa mengeluarkan api ? Dari mana sumber api pada busi ? apakah menggunakan pemantik atau menggunakan listrik ?

Busi pada mesin bensin itu, sebenarnya tidak mengeluarkan api. Namun, busi ini hanya mengkonversi energi listrik menjadi percikan bunga api. Listrik dalam komposisi besar ini, juga memiliki sifat seperti api yang panas dan dapat membakar.

Bagaimana cara busi mengkonversi listrik menjadi api ?

Ini adalah tugas dari sistem pengapian, yang menyalurkan energi listrik dengan komposisi besar juga pada timming yang tepat.

Pengertian sistem pengapian


Sistem pengapian adalah rangkaian mekatronika yang digunakan untuk menyalurkan energi listrik bertegangan tinggi, dengan input bertegangan rendah ke busi untuk dikonversi menjadi percikan api.

Prinsip yang digunakan pada sistem pengapian, adalah perubahan energi dari energi listrik menjadi percikan api. Pada dasarnya, energi listrik diubah ke bentuk energi kalor, namun karena beda potensial antara kedua kutub cukup besar maka akan timbul loncatan elektron.

Bagaimana cara agar beda potensial besar ?

Ini adalah tugas dari transformator step up, trafo step up adalah dua buah kumparan listrik yang memiliki jumlah lilitan sekunder lebih banyak dari pada lilitan primer.

Sehingga apabila arus listrik di salurkan ke kumparan primer, maka arus listrik pada kumparan sekunder memiliki tegangan lebih tinggi.

Untuk mendapatkan tegangan sekunder yang lebih tinggi, maka perbedaan jumlah lilitan primer dan sekunder dibuat lebih besar.

Untuk mempelajari lebih detail mengenai prinsip kerja sistem pengapian, bisa anda baca pada artikel berikut ; Cara kerja pengapian pada mobil.

Fungsi sistem pengapian


Fungsi sistem pengapian itu hanya satu, yakni membakar campuran udara dan bensin yang telah dikompresi (saat akhir langkah kompresi) hanya pada mesin bensin.

Mengapa hanya pada mesin bensin ?

Ini karena mesin diesel yang berbahan bakar solar itu, menggunakan pembakaran otomatis atau dikenal sebagai self combustion. Jadi tidak memerlukan rangkaian sistem pengapian.

Proses pembakaran mesin bensin

img by renewableenergyhub.co.uk

Dalam siklus mesin bensin 4 tak, kita mengenal langkah hisap, langkah kompresi, langkah usaha dan langkah buang.

Busi, hanya akan menyala saat campuran bensin dan udara terkompresi. Ini terjadi saat akhir langkah kompresi ketika piston mencapai TMA (titik mati atas).

Dengan demikian, bisa disimpulkan kalau sistem pengapian tidak bekerja secara konstan, melainkan secara interval.

Untuk mempelajari skema sistem pengapian secara detail, bisa anda simak pada artikel ini ; 4 Rangkaian pengapian pada mesin bensin dan Prinsip kerja sistem pengapian pada mobil secara detail

Jenis Jenis Sistem Pengapian

img by automobileglobe.com

Ternyata, ada beberapa macam sistem pengapian. Antara lain ;

1. Pengapian konvensional

Sesuai namanya, pengapian konvensional adalah sistem yang bekerja secara konvenional menggunakan kontak mekanik untuk menentukan interval busi menyala.

2. Pengapian transistor

Sistem ini, juga dikatakan sebagai pengapian elektronik karena sudah menggunakan transistor sebagai pengganti kontak mekanik.

Pengertian sistem pengapian transistor, adalah mekanisme perubahan listrik menjadi api, dengan bantuan transistor yang bertugas sebagai saklar elektronik yang memutuskan arus primer coil.

Meski demikian, secara umum skema pengapian transistor hampir sama dengan pengapian konvensional.

3. Pengapian DLI

Sistem pengapian DLI adalah skema pengapian yang tidak dilengkapi dengan distributor. Distributor sendiri adalah komponen untuk membagikan arus tegangan tinggi dari coil. Sistem pengapian ini yang paling banyak ditemui pada mobil EFI saat ini.

4. Pengapian CDI

Pengapian CDI adalah sistem pengapian pada sepeda motor (mesin silinder tunggal) yang menggunakan capasitor sebagai sumber pembangkit induksi pada coil.

Untuk lebih lengkap mengenai jenis-jenis pengapian, bisa anda baca pada artikel Macam-macam pengapian pada mobil beserta cara kerjanya.

Demikian artikel mengenai pengertian dan fungsi sistem pengapian pada mobil. Semoga bisa menambah wawasan kita semua.

8 Komponen Sistem Pengapian Elektronik Pada Mobil

Sistem pengapian elektronik adalah sebuah rangkaian pengapian mesin yang menggunakan transistor untuk memutuskan arus ignition coil. Kelebihan Penggunaan transistor selaku komponen elektronika ini, akan membuat efisiensi tegangan listrik lebih terjaga.

Karena dalam sistem pengapian transistor tidak ada lagi percikan api yang sebelumnya timbul pada celah platina. Selain itu, skema pengapian ini juga tidak perlu dilakukan penyetelan celah. Karena waktu pemutusan arus coil sudah diset secara otomatis oleh transistor.

Namun, pengapian elektronik ini masih memerlukan komponen distributor sebagai pembagi arus dari coil. Untuk sistem pengapian yang tidak memiliki distributor, dikenal dengan DLI atau distributor less ignition.

Selain itu kekuranangan pada sistem pengapian transistor ini adalah terletak pada rangkaiannya. Terutama pada tipe full transistor, karena kalau sudah menyentuh komponen elektronika pasti perlu pemahanan lebih tinggi.

Komponen Pengapian Transistor


Sebelumnya, kita harus mengetahui bahwa sistem pengapian transistor sendiri memiliki dua tipe yakni tipe semi-transistor dan full transistor. Keduanya memiliki kesamaan rangkaian namun ada sedikit perbedaan.

Pengapian semi transistor masih menggunakan kontak point atau platina, namun fungsinya tidak diberatkan pada pemutusan arus primer coil melainkan hanya memutuskan arus basis pada kaki transistor. Sementara untuk memutuskan arus primer coil menjadi tugas transistor.

Komponen pada sistem pengapian semi transistor terdiri dari ;

  1. Baterai
  2. Kunci kontak
  3. Ignition coil
  4. Transistor
  5. Kontak point
  6. Distributor
  7. Kabel busi
  8. Busi

Untuk jenis pengapian full transistor, sudah tidak ada lagi kontak pemutus. Sebagai gantinya, ditempatkan sebuah pick up coil didekat rotor magnet yang akan menghasilkan arus AC ketika rotor berputar. Arus ini dipakai untuk memutuskan dan menyambungkan arus dari basis.

Komponen pada sistem pengapian full transistor terdiri dari ;

  1. Baterai
  2. Kunci kontak
  3. Ignition coil
  4. Transistor unit
  5. Pulse igniter (rotor + pick up coil)
  6. Distributor
  7. Kabel busi
  8. Busi

1. Baterai

Pada mobil, baterai lebih dikenal dengan sebutan aki. Fungsinya sebagai penyedia arus listrik untuk semua sistem kelistrikan mobil, termasuk sistem pengapian. Meski demikian, baterai sebenarnya tidak  bisa menghasilkan listrik. Baterai hanya bertugas untuk menampung arus listrik yang dihasilkan oleh sistem pengisian.

2. kunci kontak

Semua rangkaian kelistrikan pasti memerlukan saklar untuk mengaktifkan dan menonaktifkan sistem. Pada sistem pengapian, kunci kontak berperan sebagai saklar bagi sistem pengapian.

Ketika kunci kontak diputar pada posisi ON, maka arus dari baterai akan langsung masuk ke coil dan masuk ke skema pengapian mesin. Namun ketika kunci kontak OFF, arus listrik dari baterai akan tertahan akibatnya meski mesin diengkol tetap tidak mau hidup.

3. Ignition coil


Fungsi ignition coil adalah untuk menaikan tegangan baterai dari 12 Volt ke 20 KV secara cepat dan singkat. Ignition coil menggunakan metode induksi elektromagnet, prinsip kerjanya seperti trafo step up.

Dimana ada dua buah kumparan, kumparan sekunder dibuat dengan lilitan jauh lebih besar agar tegangan yang naik nantinya bisa semakin besar. Untuk membuat proses induksi ini berjalan secara singkat namun hasilnya besar, coil menggunakan cara pemutusan arus.

Sebelumnya, ignition coil didesain agar kumparan sekunder terletak dibagian dalam kumparan primer. Sehingga ketika kumparan primer dialiri arus listrik, maka akan timbul garis gaya magney pada kumparan primer dan semua permukaan kumparan sekunder akan sepenuhnya mendapatkan induksi karena lokasinya berada didalam kumparan primer (seperti core).

Ketika arus primer diputus, maka garis gaya magnet pada coil akan bergerak ke bagian dalam. Hasilnya pergerakan yang berlangsung cepat ini akan mendorong induksi tegangan listrik secara cepat dan besar.

4. Transistor unit

Disinilah letak perbedaan antara sistem pengapian konvensional dan elektronik. Pada pengapian konvensional, menggunakan kontak point atau platina untuk memutuskan arus primer coil.

Pada pengapian elektronik pun demikian, namun pemutusan arus dilakukan oleh komponen transistor. Bagi anda yang belum familiar, transistor adalah komponen semi konduktor yang bisa berperan sebagai konduktor tapi bisa juga berfungsi sebagai isolator.

Ada tiga kaki pada transistor, yakni Basis, Emitor, dan Kolektor. Apabila kaki basis diberikan arus listrik, maka transistor menjadi konduktor atau dengan kata lain kaki emitor dan kolektor terhubung. Namun kalau arus listrik pada basis dihentikan maka transistor berubah menjadi isolator atau emitor dan kolektor terputus.

5. Pulse igniter

Kalau anda paham tentang sistem pengapian motor, maka ini tidak menjadi kendala bagi anda untuk memahaminya. Khusus pada pengapian elektronik full transistor, pulse igniter diletakan didalam distributor.

Ada dua komponen pada pulse igniter ini, yakni rotor yang menempel pada poros distributor juga memiliki permanen magnet, dan pick up coil atau kumparan yang diletakan didekat rotor magnet.

Apabila rotor berputar, maka garis gaya magnet yang ada pada rotor akan memotong kumparan pick up coil sehingga muncul pergerakan elektron. Namun bukan itu yang dibutuhkan, pada rotor kita akan menmui tonjolan.


Tonjolan ini berfungsi untuk mengubah celah udara antara rotor dan pick up coil. Hasilnya ketika rotor berputar, maka tonjolan tersebut akan memberikan efek perpotongan lebigh besar. Sehingga kalau dilukiskan dalam sebuah diagram akan terlihat efek gelombang.

Gelombang ini yang nantinya akan mempengaruhi kekuatan arus di kaki basis pada transistor.


Selengkapnya baca ; Cara kerja sistem pengapian elektronik

6. Distributor

Selain pada pengapian konvensional, ternyata pengapian elektronik juga masih memiliki komponen distributor. Ini karena pengapian elektronik hanya memiliki perbedaan pada mekanisme pemutusan arus primer coil. Selebihnya sama dengan pengapian konvensional.

Fungsi distributor adalah sebagai pembagi tegangan keluaran dari kumparan sekunder koil. Listrik yang dibagikan pada distributor sudah melewati proses induksi, sehingga tegangannya sudah mencapai 20 KV.

7. Kabel busi

Kabel busi berfungsi untuk mengalirkan arus listrik bertegangan tinggi yang sebelumnya sudah melewati proses induksi pada ignition coil. Kabel busi ini memiliki bentuk yang cukup khas, dengan diameter yang hampir 1 cm.

Diameter besar ini bukanlah tanpa sebab, meski arus listrik yang dihasilkan itu searah (DC) namun dengan tegangan mencapai 20 KV sanggup membuat kita kesetrum.

8. Busi

Busi atau spark plug merupakan komponen yang berfungsi untuk mengubah arus listrik bertegangan tinggi menjadi percikan api. Cara kerjanya dengan memanfaatkan celah antara konduktor yang satu bermuatan positif dan satunya negatif.

Sifat listrik itu selalu menuju ke masa atau ground terdekat. Dalam hal ini, masa  terdekat ada pada ujung busi dengan jarak sekitar 0,8 mm. Karena tegangan listrik mencapai 20 KV maka arus tersebut akan cukup kuat untuk melompati celah yang disiapkan. Wujud loncatan listrik ini akan berbentuk seperti percikan api yang juga memiliki sifat membakar seperti api.

Demikian artikel lengkap dan jelas mengenai nama komponen sistem pengapian elektronik pada mobil serta kelebihan dan kerugian pengapian TCI-IC. Semoga bisa menambah wawasan kita.

11 Komponen Sistem Pengapian CDI Motor + Fungsinya

Sistem pengapian adalah rangkaian elektrikal mesin, yang digunakan untuk menghidupkan api pada busi agar pembakaran mesin bisa terjadi.

Ini menggunakan prinsip korsleting, yakni dengan mendekatkan sumber arus positif dengan masa/negatif (tidak menempel melainkan ada celah). Apabila tegangan arus positif cukup besar, maka arus tersebut bisa meloncati celah tersebut. Bentuk loncatan listri itulah yang berwujud percikan api.

Salah satu jenis dan berbagai macam sistem pengapian, adalah sistem pengapian CDI. Anda yang punya motor, bisa dengan jelas melihatnya karena sistem CDI ini banyak digunakan pada sepeda motor.

Pengapian CDI sendiri, dibagi menjadi dua macam. Yakni ;
  • CDI AC. Sistem pengapian CDI AC menggunakan arus langsung yang dihasilkan dari spul atau pembangkit listrik pada motor yang masih memiliki arus AC.
  • CDI DC. Sementara sistem CDI DC menggunakan arus yang sudah disearahkan oleh kiprok.


Meski berbeda, namun dua sistem ini memiliki komponen dan rangkaian yang sama. Itu karena pada pengapian CDI AC juga ada komponen dioda sebagai penyearah arus. Sehingga meski memiliki nama AC, tetap saja menggunakan arus DC.

Lalu bagaimana pengapian CDI bekerja ?

Secara detail sudah kita bahas diartikel ini : Cara kerja sistem pengapian CDI. Singkatnya, api pada busi bisa muncul apabila sumber arus positif memiliki tegangan cukup tinggi (sampai 20KV).

Untuk menghasilkan tegangan sebesar itu, maka perlu diinduksi menggunakan ignition coil. Teknik induksi pada pengapian CDI, memanfaatkan arus lepasan (discharge current) pada komponen kapasitor. Besar tegangan arus lepasan kapasitor ini bisa lebih besar dari tegangan aki, sehingga begitu masuk ke coil, peningkatan tegangannya akan semakin besar.

Nama Komponen Pengapian CDI dan Fungsinya


1. Baterai

sebutkan nama nama komponen CDI
Fungsi baterai, adalah sebagai penyimpan arus listrik. Memang baterai ini tidak terlalu diprioritaskan karena kebutuhan sumber listrik akan dipenuhi oleh spul. Namun, pada motor injeksi baterai menjadi komponen yang cukup penting karena juga akan mengaktifkan ECU.

2. Spul & Rotor magnet

Spul dan rotor magnet adalah dua komponen yang berbeda, namun keduanya memiliki satu tujuan yakni untuk mengubah putaran dari poros engkol mesin menjadi listrik AC. Listrik ini yang menjadi sumber tenaga dari sistem pengapian.

Spul adalah komponen berbentuk kumparan statis yang terletak didalam rotor magnet, sementara rotor magnet adalah magnet berbentuk tromol yang terhubung ke poros engkol mesin. Rotor ini memiliki permanen magnet sehingga ketika poros mesin hidup, spul akan langsung meghasilkan arus.

3. Pulse igniter/pick up coil

jelaskan cara kerja pengapian CDI mobil

Beberapa orang mungkin lebih familiar dengan kata pick up coil, karena fungsinya sebagai penjemput sinyal. Sinyal yang dimaksud adalah sinyal yang menunjukan timming pengapian mesin.

Cara kerja pulse igniter ini hampir sama seperti spul namun dengan versi lebih sederhana. Dalam satu putaran engkol, itu hanya terjadi satu kali perpotongan. Sehingga bukan arus listrik yang dikirimkan, melainkan sebuah sinyal PWM yang menunjukan RPM mesin dan timming pengapian.

Sinyal ini kemudian akan dikirimkan ke SCR didalam CDI unit.

4. Voltage converter

Pengkonversi tegangan, diperlukan untuk memaksimalkan arus discharge, perlu diketahui prinsip kerja pengapian CDI itu berbeda dengan sistem pengapian mobil yang menggunakan platina. Pada mobil, induksi pada coil akan terjadi ketika platina memutuskan arus primer coil.

Namun pada CDI motor, induksi akan terjadi justru ketika arus primer dialiri oleh arus discharger. Namun agar induksi berjalan dengan maksimal dan cepat, maka arus discharge yang mengalir ke kumparan primer juga harus bertegangan lebih tinggi.

Converter inilah yang memungkinkan arus discharge memiliki tegangan lebih tinggi. Dalam satuan milisecon, tegangan listrik dari spul bisa dinaikan menjadi sekitar 300 Volt untuk mengisi Capasitor.

5. CDI unit
bagian bagian pengapian CDI fungsinya

CDI unit bisa dibilang menjadi modul utama dari sistem pengapian CDI. Fungsi utamanya adalah sebagai penyalur tegangan ke coil melalui prinsip discharge. Didalam CDI unit terdapat komponen capasitor, kita tahu kalai capasitor itu mampu menyerap arus listrik, mampu menyimpan arus listrik yang diserap dan mampu melepaskannya dengan spontan.

Proses pelepasan arus ini akan diarahkan ke kumparan primer pada coil untuk melakukan induksi. Selain capasitor, ada pula komponen thrysistor atau SCR yang digunakan sebagai gate untuk melakukan dishcarging.

6. Kunci kontak


Kunci kontak berfungsi sebagai saklar utama sistem pengapian. Saat kunci kontak off, apa bisa kita hidupkan mesin ? tentu tidak. Meski spul menghasilkan arus listrik namun karena kunci kontak masih OFF maka CDI tidak akan memperloleh arus listrik.

7. Sekering


Fuse menjadi komponen yang tidak boleh dilupakan pada setiap rangkaian kelistrikan. Karena fungsinya sebagai pengaman rangkaian kelistrikan dari short to ground atau kosleting. Termasuk pada sistem pengapian, fuse dipakai untuk melindungi CDI unit ketika terjadi hubungan singkat arus listrik.

Cara kerja fuse adalah dengan memutuskan kawat tipis didalam fuse secara otomatis ketika arus yang melewati melebihi batas kemampuan fuse. Misal tertera fuse 10 A, artinya kalau arus listrik yang mengalir melebihi 10 A maka sekering akan putus dan skema kelistrikan akan mati.

8. Ignition coil

Ignition coil adalah komponen yang berfungsi menaikan tegangan kelistrikan motor, menjadi tegangan super tinggi mencapai 200 KV melalui proses induksi spontan. Prinsip kerjanya hampir sama dengan trafo step up.

Dimana jumlah lilitan pada kumparan sekunder lebih banyak daripada kumparan primer. Sehingga ketika kumparan sekunder menangkap gaya kemagnetan dari kumparan primer bisa terjadi peningkatan tegangan.

9. Kabel busi

Fungsi dari kabel tembaga adalah sebagai penyalur listrik bertegangan tinggi dari ignition coil. Kabel busi memang memiliki bentuk seperti kabel pada umumnya, namun kabel ini memiliki diameter lebih besar. Mungkin bisa sampai 5 mm. Biasanya kabel busi menggunakan satu helai kawat tembaga dengan diameter besar, dan ada beberapa helai serabut tembaga yang mengitarinya (tanpa bersentuhan).

Kawat ini digunakan untuk mengalirkan tegangan dari coil dan serabut tembaga disekitar kawat utama dipakai untuk mencegah terjadinya penurunan tegangan.

10. Cop busi

Cop busi adalah ujung dari kabel busi yang ditempelkan pada ujung busi. Meski fungsinya hanya sebagai penghubung antara kabel busi dan busi, bentuk cop busi ini juga tak boleh sembarangan. Karena kalau kawat dari kabel busi tidak melekat dengan sempurna ke konduktor didalam cop busi maka tegangan yang sampai ke busi menjadi lebih kecil.

11. Busi


Busi berperan sebagai ujung tombak sistem pengapian, fungsi busi adalah untuk memercikan api didalam ruang bakar yang didapat dari skema induksi elektromagnet pada coil. Cara kerja busi adalah dengan mendekatkan elektroda yang bermuatan positif ke masa yang bermuatan negatif.

Karena sifat arus listrik selalu mencari masa, maka dengan celah sekitar 0,8 mm akan timbul loncatan elektron. Kalau tegangan pada elektroda kecil, maka loncatan elektron tidak akan terlihat. Namun karena tegangan pada elektroda itu mencapai 200 KV, maka loncatan elektron ini akan berbentuk seperti percikan api.


Baca pula ; komponen sistem pengapian konvensional pada mobil


Rangkaian Pengapian CDI Motor


1. Saat posisi OFF

2. Saat Posisi ON


Demikian artikel lengkap dan jelas mengenai nama komponen sistem pengapian CDI sepeda motor beserta fungsinya. Semoga bisa menambah wawasan kita semua.

10 Komponen Pengapian Konvensional + Gambar + Fungsinya

Komponen pengapian konvensional – Apa fungsi sistem pengapian ? sebagian besar anda pasti sudah mengetahuinya, bahwa sistem pengapian berperan dalam hal pemicuan pembakaran melalui percikan busi. Pada prosesnya, busi bisa mengeluarkan percikan api karena ada rangkaian pengubah tegangan menjadi super tinggi.

Pengubahan tegangan ini, menggunakan prinsip induksi elektromagnet seperti trafo step-up. Hanya saja proses pengubahan ini berlangsung sekejap agar pengubahan bisa fokus ke satu titik untuk memperoleh tegangan output yang besar.


Lebih lengkap bisa simak ; Cara kerja sistem pengapian konvensional

Prinsip kerja sistem pengapian konvensional yakni dengan melakukan pengubahan tegangan baterai dari 12 Volt menjadi lebih dari 12 KV. Untuk melakukan rangkaian ini, sistem pengapian dibekali oleh beberapa komponen pendukung.

Berikut adalah fungsi komponen sistem pengapian konvensional yang berperan dalam rangkaian pengubahan dan pemercikan api pada busi.

Nama Komponen Pengapian Konvensional  beserta Fungsinya

jelaskan fungsi pengapian full transistor

1. Baterai

Baterai berfungsi sebagai sumber arus, mengapa batera masuk ke komponen pengapian ? bukannya baterai itu komponen kelistrikan kendaraan ? memang dan sistem pengapian salah satu kelistrikan mobil, jadi semua yang memerlukan arus listrik harus menyertakan baterai sebagai komponennya.

Tegangan baterai normal, 12 volt entah pada motor ataupun mobil. Perbedaan antara aki motor dan mobil itu bukan pada tegangannya melainkan pada dayanya yang memiliki satuan Watt. Ini karena daya listrik pada mobil itu lebih besar, selain sistem pengapian ada pula sistem penerangan dan aksesoris yang memerlukan daya listrik besar.

2. Kunci kontak

Beberapa dari kita mengenal kunci kontak sebagai alat penstater mesin, atau komponen untuk menghidupkan starter mesin. Itu benar, tapi bukan hanya itu fungsi ignition switch. Pada lubang ignition ada 4 posisi yakni ;
  • Posisi Off
  • Posisi Acc
  • Posisi On
  • Posisi ST


Pada posisi Acc, sistem pengapian masih belum aktif dalam artian belum ada arus yang memasuki coil primer. Listrik baru akan masuk ke coil primer saat kunci kontak kita posisikan pada posisi ON. Pada posisi ini, bukan hanya coil primer yang mendapatkan arus tapi seluruh sistem utama kendaraan juga sudah siap diaktifkan.

3. Ignition coil

Inilah komponen yang paling penting, karena mengusung fungsi sebagai trafo step up, atau menaikan tegangan baterai. Seperti yang kita singgung diatas bahwa coil ini bekerja dengan prinsip induksi elektromagnet memakai dua buah coil. Dimana jumlah lilitan coil sekunder lebih banyak dari coil primer, sehingga ketika kemagnetan dari coil primer menginduksi coil sekunder dapat terjadi peningkatan tegangan. Selengkapnya bisa anda simak pada cara kerja ignition coil berikut.

4. Distributor

Pada sistem pengapian konvensional, distributor menjadi komponen yang digunakan dalam hal timming dan FO. Distributor terdiri dari poros yang terhubung dengan cam, cam ini dipakai untuk memutuskan aliran arus dari coil primer.

Sementara itu, dibagian tutup distributor akan anda temui dua komponen utama yang berkaitan dengan fairing order. Yakni rotor dan distributor cap. Rotor merupakan komponen konduktor yang membagikan output dari coil ke kabel busi sesuai FO, sementara distributor cap merupakan pangkal dari kabel busi untuk menyalurkan dan menerima output coil ke rotor. Selengkapnya bisa anda simak pula pada bagian-bagian distributor pengapian.

5. Kontak point/platina

Contact point atau breaker point merupakan sebuah plat mirip saklar yang dapat terputus dan tersambung. Untuk apa fungsinya ? ini seperti prinsip kerja coil dimana untuk menghasilkan tegangan output yang besar perlu dilakukan pemutusan arus primer. Kontak inilah yang bertugas memutuskan arus primer sesuai dengan sudut pengapian.

Cara kerja kontak point yakni dengan memanfaatkan cam yang menyentuh kaki ebonit. Saat kaki ini tersentuh cam, maka kontak akan membuka dan menyebabkan arus primer terputus. Kontak ini juga familiar disebut platina karena memakai logam platina pada ujung kontaknya.

6. Vacuum advancer

Vacuum advancer, bertugas pada bagian spark advancing, atau pengubahan timming pengapian. Mengapa timming perlu diubah ? ini bertujuan untuk menyesuaikan kondisi mesin dengan pengapian, misal pada saat mesin membawa beban berat. Kondisi ini akan menimbulkan gerakan piston yang lambat meski katup gas terbuka penuh.

Jika timming tetap, maka bisa jadi meimbukan efek contra yang justru menghambat laju piston. Untuk menyesuaikannya, maka timming pengapian akan dimundurkan hampir 0 derajat sehingga expansi hasil pembakaran bisa dipakai sepenuhnya untuk mendorong piston kebawah.

Vacuum advancer akan memundurkan pengapian berdasarkan beban mesin, ini dideteksi dari kevakuman di intake manifold. Jika kondisinya seperti diatas maka daya hisap pada piston menurun, dan kontak point akan bergeser lebih lambat. Untuk lebih detail bisa baca cara kerja vacuum advancer.

7. Governoor advancer

Sentrifugal governoor advancer juga sama seperti vacuum advancer, fungsi governorr advancer adalah mengubah timming pengapian mesin berdasarkan RPM mesin. Kondisinya, apabila RPM tinggi maka timming pengaian harus dibuat lebih awal agar tidak terjadi knocking dan self ignition.

Governoor advancer menggunakan dua buah bandul yang dapat meregang berdasarkan gaya sentrifugal yang mengenainya. Bandul ini akan menempel pada poros distributor dan putaran poros akan menimbulkan gaya sentrifugal pada bandul, regangan bandul digunakan untuk mempercepat sudut buka platina. Simak prinsip kerja governoor advancer untuk lebih detail,

8. Kapasitor

Capasitor atau condensor merupakan komponen elektronika yang memiliki kemampuan menyerap arus dan mengeluarkannya saat diperlukan. Pada pengapian konvensional, kemampuan ini digunakan untuk menyerap api dari coil primer.

Ketika kontak point membuka, maka harusnya arus primer coil terputus. Namun, pembukaan platina itu hanya sekitar 0,5 mm. Dengan celah sekecil ini, maka listrik tegangan 12 volt bisa melompat sehingga akan muncul percikan api pada platina dan proses pemutusan arus terganggu.

Dengan adanya capasitor maka ketika platina membuka, arus listrik akan dipindahkan ke capasitor yang memiliki koneksi. Namun arusnya tidak disimpan didalam capasitor karena langsung dihubungkan ke masa. Proses ini akan membuat capasitor langsung mengalami kekosongan sehingga bisa dipakai secara cepat dan berulang-ulang.

9. Kabel Busi

Kabel pada busi, memiliki bentuk dan kemampuan berbeda dengan kabel-kabel umumnya. Kabel ini biasanya terbuat dari tembaga berdiameter besar dengan isolator yang tebal. Ini karena kabel busi akan menghubungkan tegangan super tinggi dari output coil. Sehingga diperlukan kabel yang memiliki daya tahan besar.

10. Busi

Komponen terakhir pada sistem pengapian mesin bensin ialah busi atau spark plug. Busi terdiri dari sebuah core atau batang elektroda sebagai penerima arus listrik dari output coil dan masa yang terletak pada body busi. Celah yang anda lihat pada busi, itu celah antara ujung elektroda yang memiliki listrik positif dan ground yang memiliki listrik negatif.

Sehingga jika arus listrik pada elektroda memiliki tegangan yang besar, maka listrik tersebut mampu keluar atau melompat ke ground yang berwujud percikan api. Begitulah cara busi menghasilkan api.

Baca juga



Rangkaian Sistem Pengapian Konvensional

jelaskan sistem pengapian sepeda motor
gambar diatas menunjukan rangkaian sistem pengapian konvensional pada kendaraan. Rangkaian diatas, menjadi dasar dari sistem pengapian elektronik atau full transistor yang sekarang banyak digunakan. Sehingga apabila anda memahami skema pengapian konvensional, harusnya anda juga dapat memahami bagaimana cara kerja sistem pengapian elektronik.

Baca pula ;



Demikian artikel lengkap dan super jelas mengenai komponen sistem pengapian konvensional mobil beserta gambar dan fungsinya. Semoga bisa menambah wawasan kita dan bermanfaat bagi kita semua.

4 Macam Sistem Pengapian + Cara Kerja dan Rangkaiannya

Macam macam sistem pengapian - Pernahkan anda memikirkan mengapa busi bisa mengeluarkan api ? mungkin beberapa dari anda sudah mengetahuinya bahwa busi sebenarnya tidak mengeluarkan api melainkan memercikan energi listrik. Namun, dari mana listrik sebesar itu hingga bisa berwujud seperti pantikan api ?

Kita tahu, sistem kelistrikan kendaraan menggunakan baterai dengan daya 12 volt. Tegangan sebesar ini dipastikan tidak akan mengeluarkan pantikan pada celah sebesar 0,8 mm. Untuk itu ada rangkaian peningkatan tegangan listrik agar listrik mampu keluar dari elektroda busi dalam wujud percikan api.

Rangkaian ini, disebut rangkaian sistem pengapian. Terhitung ada sekitar 4 tipe pengapian pada kendaraan, antara lain ;

  • Sistem pengapian konvensional
  • Sistem pengapian transistor (elektronik)
  • Sistem pengapian CDI (Sepeda motor)
  • Sistem pengapian DLI


Apa pengertiannya ? apa perbedaanya ? dan bagaimana cara kerjanya ? bisa anda simak semuanya pada artikel dibawah ini.


Macam Macam Sistem Pengapian

cara kerja pengapian konvensional

1. Sistem Pengapian Konvensional

Sistem pengapian konvensional merupakan rangkaian pengapian dengan kinerjanya secara mekanis. Mengapa disebut secara mekanis ? karena dalam hal melakukan pengubahan tegangan dilakukan secara mekanis dengan memutuskan arus primer coil menggunakan kontak pont.

Kontak point ini disebut juga sebagai platina karena ujung point ini berbahan platina. Platina, secara normal akan terhubung dengan massa, tapi apabila kaki platina terkena cam maka kontak akan terputus. Terputusnya kontak platina ini digunakan untuk meningkatkan tegangan primer dengan cara induksi elektromagnet.

Selain itu, untuk membagi busi mana yang hidup juga digunakan sistem mekanis dengan menggunakan bantuan rotor dan distributor. Komponen distributor ini terhubung dengan crankshaft sehingga saat rotor distributor berputar maka tegangan hasil induksi akan didistribusikan ke semua busi sesuai fairing order.

Baca pula ; Cara kerja sistem pengapian konvensional

Meski memakai sistem mekanis, tipe pengapian konvensional menjadi dasar terciptanya sistem pengapian modern. Saat ini, sudah sangat jarang kita temui mobil-mobil dengan sistem ini karena dari segi efisiensi listrik kalah dengan pengapian modern.


cara kerja pengapian transistor

2. Sistem Pengapian Transistor

Sistem pengapian transistor menjadi skema pengapian dengan komponen elektronika, namun masih tetap ada beberapa komponen mekanis. Sistem pengapian transistor adalah rangkaian kelistrikan yanh menggunakan transistor sebagai pemutus arus primer.

Secara prinsip, sistem ini sama seperti sistem konvensional hanya saja ada output kumparan primer coil akan dihubungkan dengan sebuah transistor selaku saklar elektronik. Sementara untuk membagi tegangan, komponen distributor tetap disediakan.

Ada dua macam pengapian transistor yakni

  • Tipe semi-transistor, masih menggunakan kontak point yang dijadikan pemutus arus basis pada kaki transistor.
  • Tipe fully-transistor, tipe full transistor menggunakan signal generator yang menggantikan kontak point. Penggunaan signal generator ini tidak menimbulkan gesekan karena bekerja secara magnetic. Selengkapnya simak cara kerja pengapian elektronik.


3. Sistem pengapian CDI

Sistem pengapian berikutnya lebih banyak diaplikasikan pada sepeda motor. Pengapian CDI menggunakan capasitor yang dapat menyimpan dan mengeluarkan semua arusnya dengan cepat.

Cara kerja CDI dimulai ketika magnet menghasilkan arus saat engkol mesin berputar. Arus yang dihasilkan dalam bentuk AC akan disalurkan kedalam Capasitor unit agar arusnya bisa diserap. Dilain tempat ada pulser yang akan menentukan timming pengapian berdasakan kemagnetan.

Saat pulser mengirimkan triger maka capasitor akan mengeluarkan (discharge) seluruh arus listriknya ke coil primer. Didalam coil tegangan listrik diperbesar lagi sehingga mampu mengeluarkan api pada busi. Lebih detailnya bisa anda simak pada cara kerja pengapian CDI motor.

4. Sistem pengapian DLI

DLI merupakan singkatan dari distributor less ignition. Seperti namanya, sistem ini tidak menggunakan komponen distributor. Lantas, bagaimana kinerjanya ?

DLI banyak diaplikasikan pada mobil-mobil modern, biasanya menggunakan dual coil pack atau single coil pack. Dengan kata lain, setiap busi akan dilayani oleh sebuah coil, sehingga satu coil hanya akan meningkatkan tegangan untuk satu busi.

Dalam hal ini, pada mesin 4 silinder misalnya maka ada 4 input yang masing-masing akan memberi perintah kapan coil akan bekerja. Input ini diatur oleh ECM dengan bantuan sensor CKP, CMP dan beberapa sensor lain.

Pada tipe single coil pack maka keberadaan kabel busi juga ditiadakan karena output coil akan langsung disalurkan melalui per ke busi, Tentunya ini meningkatkan efisiensi penyaluran energi listrik. Untuk mempelajari DLI bisa anda simak cara kerja pengapian DLI

Demikian artikel lengkap dan detail mengenai macam macam sistem pengapian pada mobil dan motor, semoga bisa menambah wawasan kita dan bermanfaat bagi kita semua.

Cara Kerja Sentrifugal Advancer Pada Distributor

Governoor centrifugal advancer adalah salah satu perangkat pada sistem pengapian konvensional yang berfungsi untuk MEMAJUKAN timming pengapian sesuai RPM mesin.

Mengapa sentrifugal advancer diperlukan ?


Ini dikarenakan ada beberapa kondisi mesin dimana sudut timming harus diubah baik dimajukan atau dimundurkan. Contohnya saat mesin menerima beban berat maka perlu dilakukan pemunduran pengapian melalui komponen Vacuum Advancer.

Kondisi lain, yakni ketika mesin berada pada RPM tinggi. Maka pengapian juga perlu dimajukan karena semakin cepat gerakan piston maka harus semakin awal juga pembakarannya agar pembakaran terjadi secara keseluruhan. Untuk kondisi ini, digunakan sebuah komponen bernama sentrifugal advancer atau governoor advamcer. Bagaimana cara kerjanya ? simak ulasan lengkapnya dibawah.

cara kerja governoor advancer

Fungsi Governoor sentrifugal advancer untuk memajukan timming pengapian berdasarkan kecepatan putaran mesin. Artinya semakin tinggi putaran mesin maka semakin awal pula platina membuka, dari sudut normal 8° sebelum TDC bisa mencapai 12° sebelum TDC.

Apa jadinya jika pengapian tidak dimajukan ?

Kita tahu, semakin cepat mesin maka semakin celat pula gerakan naik turun piston. Misal saat mesin berputar pada kecepatan 1200 RPM maka setidaknya terdapat 600 siklus kerja mesin. Hal itu menunjukan betapa cepatnya proses hisap serta kompresi pada mesin.

Jila pengapian tidak dimajukan maka bisa terjadi delay ignition dimana busi tetap memercikan api pada sudut 8° sebelum TDC namun pembakaran terjadi setelah piston bergerak turun dikarenakan cepatnya gerakan piston. Sehingga bisa menurunkan power mesin.

Sentrifugal advancer bekerja menggunakan gaya sentrifugal pada pemberat dibagian bawah noken platina. Putaran pemberat ini berbanding lurus dengan putaran engkol mesin. Sehingga akan menimbulkan gaya setrifugal lebih besar saat RPM tinggi, gaya sentrifugal tersebut digunakan untuk memodifikasi timming pembukaan platina.

Komponen Pada Sentrifugal Advancer


  • Goovernoor weight, merupakan pemberat yang dijadikan sumber penghasil tenaga sentrifugal ketika poros distributor berputar. 
  • Driving plate, merupakan sebuah plat yang terkait dengan dua buah governoor weight. Sehingga posisinya bisa berubah sesuai regangan pada governoor weight. 
  • Nok atau Cam, nok ini sebenarnya tidak menempel pada poros distributor melainkan menempel pada driving plate. Fungsi nok ini adalah untuk menekan platina. 
  • Governoor Spring, fungsi pegas ini adalah menahan gaya sentrifugal pemberat agar tidak berlebihan serta mengembalikan posisi pemberat ke sudut 0. 

Cara Kerja Sentrifugal Advancer


Ketika mesin hidup, maka poros distributor yang tersambung dengan pompa oli akan berputar. Putaran ini, juga menyebabkan governoor weight berputar. Karena ujung pemberat terkait dengan driving plate maka putaran pemberat akan memutar nok distributor.

1. Saat Kondisi Mesin Idle

Saat mesin pada kondisi stationer atau idle, maka putaran mesin berkisar pada 800 RPM, hal ini menyebabkan putaran poros distributor juga rendah. Sehingga pemberat atau weight balance belum mengembang, hal ini menyebabkan timming pengapian masih normal.

2. Saat Kondisi RPM Menengah

Saat kondisi RPM mesin berkisar 1500 sampai 2000 RPM, maka putaran poros distributor juga semakin cepat. Hal ini menyebabkan pemberat governoor semakin mengembang karena menerima gaya sentrifugal lebih besar.


Mengembangnya pemberat governoor akan menggeser posisi driving plate sedikit lebih maju. Sehingga, nok akan menekan platina lebih awal yang berimbas pada lebih dininya pembakaran saat langkah usaha.

Begitu pula jika RPM mesin ditarik lebih tinggi, maka bertambahnya gaya sentrifugal yang mengenai pemberat akan semakin mengembangkan pemberat sehingga posisi driving plate semakin maju.

3. Ketika RPM mesin kembali ke idle

Saat RPM mesin dikembalikan ke kondisi idle, maka gaya sentrifugal pada pemberat governoor semakin kecil. Pegas governoor akan menarik posisi pemberat agar mencapai pada posisi normalnya. Sehingga timming pengapian bisa kembali ke posisi awalnya.

Bagaimana dengan mesin EFi ? apakah governoor advancer masih berlaku ?

Tentu tidak, karena sistem EFI memiliki sebuah mekanisme elektrik bernama ESA (Elektronik spark advance) sistem ini bukan hanya menggantikan governoor advancer, namun juga menggantikan vacuum advancer.

Cara kerjanya, dengan memanfaatkan sensor speed atau CKP sensor yang mengirimkan data RPM mesin secara akurat. Data ini kemudian dikombinasikan dengan sensor MAP yang mendeteksi kevakuman didalam intake manifold. Data-data tersebut diolah pada komponen ECU yang berisi berbagai IC dan rangkaian transistor sehingga menghasilkan output berupa timming pengapian yang ideal.

Demikian artikel lengkap mengenai cara kerja governoor sentrifugal advancer, semoga bisa menambah wawasan kita dan bermanfaat bagi kita semua.